BPOM AS Ubah Kotoran Manusia Jadi Obat
- Pixabay
BANDUNG – Untuk pertama kalinya, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui pengobatan yang dilakukan menggunakan kotoran manusia yang telah didonasikan.
Perawatan yang disebut Rebyota itu mengandung bakteri usus yang dikumpulkan dari tinja donor manusia yang sehat dan disetujui untuk pencegahan infeksi bakteri yang berpotensi mengancam jiwa.
Dengan memberikan pengobatan cair ke dalam rektum pasien melalui selang, dokter dapat membantu mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus pasien sehingga mikroba dapat hidup di saluran pencernaan bagian bawah.
Rebyota disetujui untuk digunakan pada orang berusia 18 tahun ke atas yang baru saja dirawat karena infeksi berulang dengan bakteri Clostridioides difficile atau biasa disebut C. diff menurut situs Live Science, dikutip Minggu 4 Desember 2022.
Singkatnya C. diff dapat dengan cepat mengambil alih usus jika mikrobioma normal terganggu, misalnya, akibat penggunaan antibiotik. Orang berusia 65 tahun ke atas, mereka yang sistem kekebalannya lemah, dan mereka yang baru saja tinggal di rumah sakit atau panti jompo menghadapi risiko infeksi tertinggi.
Saat C. diff berkembang biak di usus, bakteri melepaskan racun yang memicu diare, sakit perut, demam, dan pembengkakan usus besar (kolitis). Terkadang, infeksi dapat menyebabkan kegagalan organ, bahkan kematian, menurut FDA.
C. diff diperkirakan menyebabkan sekitar setengah juta infeksi di AS setiap tahun dan sekitar 1 dari 6 persen yang mengembangkan infeksi akan kambuh lagi dalam waktu dua hingga delapan minggu setelah pemulihan.