Ini Bahayanya Jika Malas Ganti Celana Dalam

Ilustrasi celana dalam
Sumber :
  • Pixabay

BANDUNG – 22 persen atau satu dari lima pria tidak mengganti celana dalam mereka setiap hari. Hal itu menurut sebuah survei yang dilakukan oleh OnBuy. Tak hanya kaum adam, wanita pun tidak jauh berbeda, di angka 18 persen.

Survei yang dilakukan OnBuy itu diikuti oleh 2.790 orang dan menemukan jika 1 dari 20 pria bahkan memakai kembali pakaian dalam mereka lebih dari 5 kali sebelum mencucinya.

Selain itu, OnBuy juga menemukan, sebagian besar pemakai berulang ini memiliki metode tertentu dalam menyortir pakaian kotornya. Di mana 25 persen pria dan 20 persen wanita memutuskan untuk memakai ulang barang jika tidak berbau, dan 29 persen pria serta 30 persen wanita melakukannya jika tidak terlihat kotor. 

Membalik celana dalam mungkin tidak menyebabkan masalah serius, tetapi ada alasan mengapa orang-orang disarankan untuk mengganti celana dalam mereka secara khusus setiap hari. 

"Kita memiliki bakteri alami di alat kelamin yang dengan senang hati akan bertahan pada tingkat normalnya selama kita menggunakan produk kebersihan yang benar dan pakaian dalam yang pas," kata Dr Nichola Cosgrove, spesialis perawatan kulit di Natura Emporium, dilansir Metro, Rabu 7 Desember 2022. 

"Jelas bakteri berpindah sepanjang hari ke pakaian dalam kita, melalui keringat alami dan juga jika Anda tidak membersihkan diri dengan benar atau cukup setelah pergi ke toilet, sekresi tubuh normal dan hanya kotoran umum yang berpindah dari pemecahan gas - menjijikkan untuk memikirkannya tapi sangat benar," sambungnya. 

Menurut Dr Nichola, pakaian dalam bertindak sebagai penghalang untuk melindungi pakaian luar, karena akan lebih mudah untuk mencucinya. Dengan tidak mengganti pakaian dalam setiap hari, Anda akan mulai memiliki akumulasi bakteri seperti Escherichia coli, staphylococcus, streptococcus, dan masih banyak lagi, yang sebenarnya dapat berguna jika tetap pada tingkat yang diperlukan. 

"Namun karena mereka tumbuh subur di lingkungan yang hangat dan lembap, mereka akan mulai berkembang biak di luar kendali. Efek dari ini seperti bau tak sedap, ruam, gatal berlebih, hingga infeksi jamur, infeksi saluran kemih, dan infeksi staph yang berpotensi mengancam jiwa," ungkapnya. 

Dr Nichola merekomendasikan untuk menyetrika pakaian dalam jika Anda benar-benar khawatir dengan bakteri. Panas yang tinggi akan membunuh segala sesuatu yang berbahaya yang tidak dapat dilakukan selama siklus pencucian. 

Kal Bulbul, pendiri dan kepala perumus R Labs Skincare yang berspesialisasi dalam mikrobioma kulit mengatakan, triliunan bakteri sangat bagus dalam jumlah standar, tetapi bisa berbahaya ketika mereka masuk ke level tinggi. 

"Tubuh kita bergantung pada mikroba yang bermanfaat untuk membantu kita tetap sehat juga. Ketika pakaian berada dalam kontak dekat terus-menerus dengan daerah intim kita, dapat berakhir menyimpan mikroba patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia," kata dia.

Saat kita mencuci pakaian, jenis detergen apapun yang kita gunakan, masih ada bakteri yang tersisa.

"Syukurlah, kombinasi kulit kita, sistem kekebalan tubuh dan mikrobioma kulit kita yang sehat akan menjaga mikroba patogen tetap terkendali. Namun, jika mikroba patogen dalam jumlah yang cukup tinggi, atau kekebalan mikrobioma kita terganggu, ini dapat menyebabkan infeksi mikroba dan menyebabkan berbagai penyakit seperti peradangan, abses, dan infeksi saluran kemih," bebernya. 

Untuk itu, Kal Bulbul menyarankan agar pakaian dalam dicuci dengan menggunakan produk lembut yang tidak mengiritasi kulit, menggunakan produk perawatan kulit yang tidak mengganggu keseimbangan mikrobioma kulit dan tentu saja mencuci dan mengganti pakaian dalam secara teratur untuk menghilangkan mikroba patogen. (dra)