Kaya di FTV, Tukang Kernet Jalin Asmara dengan Anak Bos Truk
BANDUNG - Kisah cinta sejoli memang beragam dan sukar ditebak. Seperti kisah cinta seorang kernet truk yang belum lama ini bertemu dengan Dedi Mulyadi. Bak kisah di Film Televisi (FTV) sang kernet rupanya jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan anak pemilik truk yang selama ini menjadi tempatnya mencari nafkah. Kisah ini terungkap bermula saat Kang Dedi Mulyadi menghentikan truk D 8038 ZG di jalan. Truk tersebut bagian belakangnya dicat dengan motif wajah Dedi.
Truk tersebut memiliki gambar Kang Dedi Mulyadi mengenakan pakaian Dangian Ki Sunda yang kerap ia pakai saat masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Di sebelah wajahnya terdapat tulisan ‘Jati Diri Urang Sunda’. “Ini foto saya zaman dulu. Itu foto jadul,” Dedi.
Setelah dihentikan ia meminta pria yang duduk di bangku penumpang untuk pindah naik ke mobil Alphard milik Kang Dedi. Sementara Dedi duduk di dalam truk Bersama sang sopir menuju salah satu rumah makan di Purwakarta.
Rupanya gambar tersebut inisiasi bos pemilik truk yang ngefans dengan Dedi. Sang pemilik disebut sopir Bernama Haji Deni asal Ciwidey, Kabupaten Bandung.
Menurutnya meski harga BBM naik namun ongkos angkutan belum naik. Sebab pengguna jasa truk tak mau jika harga angkutan dinaikkan mengikuti harga BBM. “Pada gak mau kalau ongkos naik. Jadi satu rit, dua hari itu paling kebagian Rp200-250 ribu. Biasanya sebelum BBM naik kebagian Rp 400 ribuan,” kata Jajang.
“Jadi Akang (sopir) sekarang kehilangan Rp 200 ribu karena dibebankan ke sopir. Kalau seperti ini seharusnya sopir mendapat subsidi,” timpal Dedi.
Dedi lantas mengajak sopir dan kernet tersebut makan di restaurant. Mereka terharu karena baru kali ini bisa merasakan makan enak di restoran besar.
Dalam obrolan tersebut terungkap jika sang kernet bernama Bilan yang masih berusia 21 tahun ternyata menjalin asmara dengan anak bos truk tempatnya bekerja. Tak percaya Dedi pun meminta bukti. Dan benar saja dari isi perpesan antara Bilan dan anak bosnya mereka berdua telah menjalin asmara. “Emang udah jadian? Boleh gitu sama bosnya?,” tanya Dedi.
“Alhamdulillah udah, Pak. Boleh atuh,” jawab Bilan sambil tersipu.
“Rajin diamah, Pak. Pekerja keras. Udah bisa jadi sopir juga,” timpal Jajang.
Mendengar penuturan tersebut Dedi pun mengapresiasi perjuangan Bilan. Sebab baginya lebih baik memilih orang yang miskin tapi bekerja keras dibanding kaya tapi pemalas.
Sebab, kata Dedi, orang kaya yang malas kekayaannya akan terkuras habis. Sementara orang yang bekerja keras akan bertambah kekayaannya. “Cinta tidak pernah melihat status sosial, cinta itu lahir dari hati, cinta harus diperjuangkan dengan bekerja dengan baik,” pungkas Dedi Mulyadi. (rls)