Waspada Konsumsi Gula Berlebih pada Anak

Ilustrasi anak makan es cream
Sumber :
  • Pixabay

BANDUNG – Minuman manis dalam kemasan kini hadir dengan banyak ragam. Berbagai keunggulan dihadirkan dalam setiap produknya. Tak jarang, ada pemandangan orang yang kebingungan memilih minuman di depan mesin pendingin di sebuah mini market.

Padahal, kandungan gula yang berada dalam minuman kemasan tersebut harus jadi perhatian. Mengapa demikian?

Kadar gula tambahan yang dirasankan oleh American Heart Association adalah 25 gram. Menurut Kemenkes RI, 50 gram. Lalu  dr. Kurniawan Satria Denta, M Sc, Sp.A mengatakan, untuk anak ada di batas 5-25 persen.

"Gula tambahan dari masing-masing minuman berpemanis dalam kemasan itu ada sekitar 25 gram, juga ada yang lebih tinggi 30 gram, ada 36 gram, ada yang sampai 40 gram. Kalau kita minum satu saja satu botol kalau menurut American Heart Association kita sudah melampaui batas harian kita," kata dokter Kurniawan.

Menurut data yang dipegang olehnya 42,6% balita di Indonesia sudah terpapar minuman berpemanis dalam kemasan. Alasan yang digunakan oleh orang sekitar adalah agar sang anak tenang, tidak rewel atau tidak menangis. Padahal, menurutnya hal ini adalah sesuatu yang berbahaya.

"Ini bahaya sekali bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, teman-teman sekalian mesti tahu bahwa semakin dini seseorang terpapar minuman berpemanis semakin tinggi kemungkinan resikonya menghadapi kondisi obesitas, diabetes, penyakit jantung, gangguan ginjal, pembuluh darah, kanker, stroke gangguan cemas, gangguan perilaku, pikun," katanya.

Bahaya lain masih mengintai, tertutama seperti saat ini, kala pandemi COVID belum usai. Mereka bisa terkena dampak yang lebih parah.

"Mereka menjadi resisten terhadap insulin yang akhirnya ketika terkena COVID, lebih parah, lebih sesak. Namanya penyakit tidak menular sebenarnya tidak berdiri sendiri, berbeda dengan penyakit menular. Keduanya berkesinambungan. Ketika kita memiliki penyakit tidak menular kita lebih rentan menghadapi penyakit menular yang lebih berat," ujarnya.

Untuk menangani ini, ia berharap semua pihak dapat turun tangan. Mulai dari orangtua, masyarakat, pelaku industri sampai pemerintah.

"Solusinya apa? Solusinya adalah, yang pertama tingkatkan pemahaman kita jangan hanya membaca tapi juga beraksi. Lalu yang kedua adalah batasi akses untuk yang punya anak. Batasi akses mereka terhadap minuman berpemanis dalam kemasan karena anak gak mungkin datang ke minimarket beli dengan uang mereka sendiri, pasti mereka meminta orangtua atau pengasuh, batasi," katanya.(dra)