Lukisan Cimon dan Pero, Kisah Anak yang Menyusui Bapaknya
- The Metropolitan Museum
BANDUNG – Sebuah mahakarya lukisan, biasanya memiliki latarbelakang sesuai dengan perasaan sang pelukis atau menceritakan kembali kisah yang mungkin sulit untuk dijelaskan secara tersurat.
Ada sebuah lukisan yang memiliki gambar tak biasa, namun memiliki latarbelakang menyentuh. Salah satunya, lukisan bernama Cimon dan Pero. Nama "asli" lukisan tersebut adalah Roman Charity dan banyak ada beberapa versi lukisannya. Ada yang dilukis oleh Hendrick ter Brugghen pada tahun 1623, Peter Paul Rubens pada tahun 1612, dan banyak lainnya.
Jika dilihat, lukisan itu memberi kesan adegan dewasa, dimana seorang wanita sedang memberi payudaranya kepada seorang pria. Namun siapa sangka, lukisan tersebut ternyata memiliki kisah yang mengharukan.
Menurut situs The Metropolitan Museum of Art, kisah itu dicatat oleh sejarawan Romawi bernama Valerius Maximus.
Lukisan tersebut mengisahkan seorang pria bernama Cimon yang divonis hukuman mati dengan dibuat kelaparan. Sang putri bernama Pero, putus asa ingin menyelamatkan ayahnya.
Menurut cerita, Pero memohon kepada pemerintah memperbolehkan dirinya mengunjungi ayahnya sampai ayahnya nanti wafat. Mereka pun memperbolehkan permintaan Pero namun dengan aturan dia tidak boleh membawa apapun yang bisa dimakan atau dikonsumsi bersamanya. Sehingga, ketika ia menjenguk sang ayah di penjara, ia selalu dicek oleh para petugas penjara.
Namun, karena tak mau sang ayah mati, Pero pun dengan akalnya bisa memberikan “makanan” kepada Cimon. Hal yang tidak diketahui para penjaga adalah Pero "memperpanjang" usia ayahnya dengan memberi Cimon makan melalui asinya.
Hal ini berawal dari kecurigaan penjaga ketika Cimon masih tetap hidup setelah beberapa lama masa hukuman telah ditempuh.
Pada satu kesempatan, para penjaga akhirnya menangkap basah Pero sedang menyusui sang ayah dan kasus terhadapnya diajukan kembali ke pengadilan. Namun hal tersebut malah membuat lunak hati para pemerintah dan jaksa yang akhirnya akhirnya membebaskan Cimon dari hukuman mati.
Cerita ini juga diwujudkan dalam sebuah patung di atas Belfry of Ghent di Antwerp, di Belgia. Meski terdengar tabu, namun kisah Cimon dan Pero tersebut termasuk dalam lukisan yang memiliki makna kasih sayang seorang anak pada orangtuanya.
Lukisan tersebut saat ini disimpan di Siegerlandmuseum, Jerman. (dra)