Mengejutkan! Anak yang Terlalu Penurut Bisa Jadi Tanda Masalah Mental
VIVABANDUNG - Di balik sikap anak yang sangat penurut dan tidak pernah membantah, ternyata bisa tersembunyi masalah kesehatan mental yang serius.
Hal ini terungkap dari pengalaman para konselor di komunitas youtube Lingkaran Aman, sebuah wadah konsultasi yang menangani berbagai kasus kesehatan mental pada anak dan remaja.
"Ada seorang ibu yang mengatakan 'tidak mungkin anak saya, itu anak saya soleha banget.' Saya lalu tanya, 'Ibu pernah buka tidak lengan baju anak ibu?' Setelah ibunya melihat, ternyata banyak bekas luka. Baru kemudian ibunya menangis," ungkap Halimah, Seorang praktisi parenting yang juga content creator dalam youtube Lingkaran Aman.
Para ahli kesehatan mental menegaskan bahwa membantah dan menangis sebenarnya merupakan bagian dari perkembangan yang sehat pada anak.
Ketika seorang anak tidak pernah membantah atau terlalu penurut, justru bisa menjadi tanda adanya tekanan mental yang mereka alami.
Fenomena anak yang terlalu penurut ini sering kali tidak disadari oleh orang tua. Banyak orang tua yang justru merasa bangga memiliki anak yang selalu menurut dan tidak pernah membantah.
Padahal, perilaku seperti ini bisa menjadi indikasi bahwa anak sedang mengalami masalah emosional. Banyak kasus anak dan remaja yang menunjukkan perilaku self-harm atau menyakiti diri sendiri.
Beberapa di antaranya memiliki kebiasaan memukul kepala ke tembok saat marah atau menggigit kuku hingga terluka ketika merasa cemas.
"Anak itu fitrahnya nangis. Kalau anak yang tidak nangis, ada yang salah dengan tumbuh kembangnya. Bahkan saat bayi baru lahir, kalau dalam 30 detik tidak menangis, dokternya khawatir," jelas Halimah
Masalah ini ternyata lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya tekanan sosial yang mengharuskan anak laki-laki untuk terlihat kuat dan tidak boleh menangis.
Akibatnya, mereka kesulitan mengekspresikan emosi secara sehat.
Para ahli menyarankan agar orang tua lebih memahami bahwa anak yang sehat secara mental adalah anak yang mampu mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat.
Membantah dan menangis bukanlah tanda kenakalan, melainkan bagian dari proses tumbuh kembang yang normal.
Lingkaran Aman juga menekankan pentingnya menciptakan ruang aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan emosi mereka. Orang tua perlu belajar mendengarkan dan memahami anak tanpa menghakimi.
Ketika orang tua kelepasan marah, yang terpenting adalah tidak menghindar dari situasi tersebut. Sebaliknya, orang tua perlu menenangkan diri dan meminta maaf kepada anak.
Hal ini akan mengajarkan anak bahwa marah itu normal, namun harus bisa dikelola dengan baik.****