5 Kesalahan Finansial Gen Z Bikin Dompet Cepat Jebol
VIVABandung – Generasi Z atau yang akrab disebut Gen Z kini telah memasuki dunia kerja. Mereka mulai belajar mengelola keuangan secara mandiri.
Namun, perjalanan finansial mereka tidak selalu mulus. Berdasarkan data sensus penduduk 2020, Gen Z menyumbang 27,94 persen dari total populasi Indonesia.
Angka yang cukup besar ini menjadikan mereka target pasar yang menggiurkan bagi berbagai produk dan layanan.
"Selama pandemi tahun lalu, berdasarkan sebuah survei, belanja digital Gen Z meningkat sangat signifikan," ungkap Prita Hapsari Ghozie, CEO & Principal Consultant Zap Finance, dalam youtube Zapfinance TV.
Prita Hapsari Ghozie menyebutkan lima kesalahan umum yang sering dilakukan Gen Z dalam mengelola keuangan mereka:
Pertama, tidak memiliki pos-pos keuangan yang jelas.
Banyak Gen Z yang langsung menghabiskan gaji tanpa perencanaan. Mereka tidak memiliki alokasi pengeluaran yang terstruktur. Akibatnya, pengeluaran di awal bulan menjadi tidak terkendali.
Kedua, lebih mengutamakan gaya hidup dibanding kebutuhan pokok.
"Work from Anywhere boleh saja, tapi kadang terlalu sering hal ini juga bisa menggerus sebagian besar dari penghasilan kita," jelas Prita Hapsari Ghozie.
Ketiga, belanja berlebihan dengan dalih self-reward.
Kemudahan berbelanja online sering membuat Gen Z kehilangan kontrol. Mereka sering mengecek platform e-commerce favorit dan berbelanja tanpa batasan yang jelas.
Keempat, mengabaikan investasi.
Banyak Gen Z beranggapan bahwa mereka masih terlalu muda untuk memikirkan investasi. Kalaupun berinvestasi, keputusan mereka sering didasari FOMO (Fear of Missing Out) daripada analisis yang matang.
Kelima, tidak memiliki dana darurat.
"Dana darurat bukan untuk nonton konser atau fanmeeting idola," tegas Prita Hapsari Ghozie.
Dana ini seharusnya disiapkan untuk keadaan mendesak seperti PHK atau masalah kesehatan yang tidak ditanggung asuransi.
Perkembangan teknologi yang pesat membuat Gen Z lebih rentan terhadap pengeluaran yang tidak terkontrol.
"Efek samping pengelolaan keuangan digital adalah hilangnya kendali atas diri kita sendiri," tambah Prita Hapsari Ghozie.
Untuk mengatasi ini, Gen Z perlu menetapkan limit transaksi yang jelas. Misalnya, jika anggaran belanja dan self-reward bulanan adalah Rp500.000, maka limit transaksi di rekening harus disesuaikan dengan jumlah tersebut.
Yang menarik, kesehatan finansial ternyata berkaitan erat dengan kesehatan mental.
"Kesehatan mental dan kesehatan finansial saling berkaitan satu sama lain," ungkap Prita Hapsari Ghozie. Gen Z yang memiliki keuangan sehat cenderung memiliki kondisi mental yang lebih baik.****