5 Fakta Mengejutkan Mengapa Gen Z Jadi Sasaran Empuk PHK
VIVABandung – Fenomena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang melanda generasi Z menjadi sorotan di media sosial belakangan ini.
Ini juga dibahas melalui kanal youtube Paired - Indonesia.
Data menunjukkan bahwa sektor teknologi telah melakukan PHK terhadap lebih dari 240.000 pekerja, dengan perusahaan besar seperti Meta, Amazon, dan Google turut melakukan pengurangan karyawan.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, lebih dari 10.000 pekerja terkena PHK sepanjang tahun 2023.
Yang mengejutkan, sekitar 65 persen dari jumlah tersebut merupakan pekerja Gen Z berusia di bawah 25 tahun.
Minimnya pengalaman menjadi faktor utama Gen Z rentan terkena PHK.
Sebagai generasi yang baru memasuki dunia kerja, mereka sering dianggap masih dalam tahap belajar dan membutuhkan bimbingan.
Perusahaan cenderung mempertahankan karyawan berpengalaman yang dapat bekerja lebih efektif.
Gaya kerja yang berbeda juga menjadi tantangan tersendiri.
Menurut Microsoft Work Trend Index, "58 persen Gen Z menginginkan fleksibilitas dalam bekerja dan work-life balance yang lebih baik."
Sayangnya, hal ini seringkali bertentangan dengan budaya perusahaan tradisional. Ekspektasi gaji yang tinggi menjadi faktor lainnya.
Survei JobStreet Indonesia mengungkapkan bahwa 72 persen Gen Z mengharapkan gaji di atas rata-rata industri untuk fresh graduate.
Gap antara ekspektasi dengan kemampuan perusahaan semakin melebar, terutama di masa pasca pandemi.
Masalah skill gap juga tidak bisa diabaikan. World Economic Forum mencatat bahwa 50% pekerja global membutuhkan peningkatan keterampilan.
Di Indonesia, menurut laporan Bank Dunia, 52 persen perusahaan mengalami kesulitan dalam mencari tenaga kerja dengan skill yang sesuai.
Adaptasi budaya kerja menjadi tantangan tersendiri.
Riset Gallup Workplace menunjukkan bahwa Gen Z lebih mengutamakan meaningful work dibandingkan generasi sebelumnya.
Ketika nilai-nilai ini tidak sejalan dengan budaya perusahaan, konflik bisa muncul.
Di Indonesia, situasi diperparah dengan kondisi ekonomi makro.
BPS mencatat tingkat pengangguran terbuka untuk kelompok usia 20-24 tahun mencapai 14,2 persenpada tahun 2023.
Inflasi dan perlambatan ekonomi membuat perusahaan semakin selektif dalam mempertahankan karyawan.****