Ketika Lukisan Tokoh Bangsa Tak Dihargai 'Pengusir' Kang Dedi
- Istimewa
Di sana terlihat sejumlah karya seni seperti lukisan berbagai tokoh bangsa sudah berserakan di luar Gedung Kembar. Bagi Kang Dedi karya seni tersebut merupakan aset karena ia selama ini tidak mengoleksi emas, berlian atau jam tangan mewah.
"Sebenarnya saya sudah lama gak ngantor di sini, cuma staf saya yang ngantor di sini. Ngantor di sini itu menyerap seluruh keluhan warga dan kita banyak menangani masalah dari kantor ini, kemudian merumuskan berbagai hal untuk menyempurnakan pembangunan di sini," ucap Dedi.
Sudah tak terhitung berapa banyak karya pembangunan dan program yang lahir dari Gedung Kembar saat Kang Dedi Mulyadi menjabat sebagai Bupati Purwakarta dua periode dan Anggota DPR RI. "Gak apa-apa kita terima saja mau ngantor di mana saja yang penting hidup ini bermanfaat," ucapnya.
Selagi mengemasi barang-barang, Kang Dedi melihat salah satu lukisan tokoh bangsa, KH Hasyim Asy'ari, justru dibiarkan ditumpuk di luar gedung. Baginya hal tersebut sepatunya tak dilakukan lantaran semua harus menghormati tokoh bangsa.
"Ini orang kalau gak menghargai, gak ngerti sejarah, orang bilang mencintai NU, orang bilang jamaah NU, orang bilang membutuhkan NU, ya cuma butuh-butuh politik. Tapi yang asli itu mencintai NU juga mencintai KH Hasyim Asy'ari. Ini diletakkan di luar sembarangan saja harusnya gak boleh sembarangan di luar," ujarnya.
Dalam momen tersebut Kang Dedi juga memisahkan antara barang pribadinya dan milik pemda. Sejumlah barang milik pemda ia kembalikan dan tidak dibawa ke kantor baru.