Pimpinan Ponpes Al Zaytun Minta Indonesia-Israel Buka Hubungan Diplomatik, Ini Alasannya
- Wikipedia
VIVA Bandung – Nama Ponpes Al Zaytun Indramayu semakin ramai diperbincangkan di media sosial dengan sejumlah kontroversinya.
Mulai dari video pelaksanaan sholat Idul Fitri yang mencampurkan shaf perempuan dan laki-laki, cara adzan nyeleneh hingga diduga memperbolehkan santri berbuat zina dan menebus dosanya dengan uang.
Terbaru, Panji Gumilang selaku Pimpinan Ponpes Al Zaytun meminta pemerintah Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Hal itu disampaikan dalam sebuah sesi wawancara dengan Suara Tapian, Hotman J Lumban Gaol dan Tentang Tangdalla yang disiarkan melalui kanal YouTube Suara Tapian TV.
Pada kesempatan itu, Panji Gumilang menyebut keinginannya untuk mendorong normalisasi hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Israel. Bukan tanpa alasan ia mengatakan hal demikian. Menurutnya, karena Israel adalah pusat perkembangan dunia.
Panji memiliki keinginan untuk bicara langsung dengan Israel meski bukan mewakili pemerintah tapi atas nama pribadi. Dia menganggap lucu Indonesia sebagai negara besar yang enggan mengakui Israel yang disebut sebagai negara pusat perkembangan dunia tersebut.
"Yerusalem (Israel) itu sentral menurut saya, dari bacaan agama agama yang ada, semua arahnya ke Yerusalem. Jadi harus ditempuh. Kalaulah tidak negara atau pemerintah negara, ya person person-nya lah harus mendekat, supaya cair," kata Panji Gumilang dikutip dari VIVA, Sabtu (10/6/2023).
Panji Gumilang menyampaikan, dalam Undang-Undang Dasar tidak ada batasan untuk berhubungan dengan negara mana saja. Dia mengatakan Yerusalem sebagai kota yang diperebutkan. Panji meminta supaya mengikuti ketetapan PBB yang menyebut sebagai kota internasional.
"Itu kalau Indonesia bisa duduk bersama, Israel, Palestina, wakil Yerusalem, walau tidak serta merta bisa diatasi, tetapi dua tiga merta bisa diatasi. Tapi kan sayang kita belum membuka hubungan diplomatik, hanya gara-gara menganggap Israel itu penjajah,” ungkap Panji Gumilang.
“Amerika yang membombardir kemana-mana tidak dikatakan penjajah, malah tambah dekat. Prancis yang sampai hari ini punya jajahan itu, kita dekat," pungkasnya.