Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang Sebut Masjid Tempat Orang-orang Putus Asa
- Istimewa
VIVA Bandung – Panji Gumilang, Pimpinan Ponpes Al Zaytun Indramayu kembali menyampaikan pernyataan kontroversial. Baru-baru ini, pria 76 tahun itu menyebut bahwa masjid adalah tempat orang-orang yang putus asa.
Panji Gumilang juga mengatakan, kotak amal yang kerap beredar di masjid sangat memalukan, karena sampai saat ini masih banyak masjid di Indonesia yang belum memiliki donatur tetap.
Karena itu, ia menyatakan masjid yang berada di Indonesia merupakan masjid yang dipenuhi orang-orang putus asa. Sedangkan 'konsep’ masjid yang sebenarnya, kata dia, ada di Vatikan.
“Masjid itu adanya di Vatikan sana, di sini (Indonesia) tempat orang-orang putus asa, masjid-masjid itu,” kata Panji Gumilang dikutip dari akun TikTok Hery Patoeng, Jumat (16/6/2023).
Lebih lanjut, Panji menjelaskan, masjid yang berada di Indonesia tidak bisa disebut sebagai pusat peradaban, sebab masih kesulitan untuk mendapatkan uang dari jemaahnya.
“Hanya duduk, dipaksa ngisi kaleng (kotak amal) keluar, selesai. Ini masjid peranannya, katanya, sebagai pusat peradaban, tidak ada. Yang ada peradaban pungutan uang.” jelasnya.
Bahakn menurut Panji, hal itu cukup memalukan jika disebut sebagai pusat peradaban. Pasalnya, ia mengaku miris melihat kenyataan, para jemaah baru akan memberi uang ketika kotak amal diedarkan.
“Kalau itu disebut sebagai peradaban, memalukan. Maknanya, orang yang masuk masjid ini pelit, diedarkan kotak, baru ngasih,” ungkap Panji Gumilang.
Selanjutnya, Panji Gumilang membeberkan, jika sebuah masjid ingin disebut sebagai pusat peradaban, maka masjid harus memiliki donatur tetap, atau jemaah yang secara konsisten memberi sumbangan tanpa diminta.
"Kalau peradaban, mestinya setiap jemaah masjid ini punya rekening khusus untuk ditransfer ke masjid, itu tidak ada (di Indonesia),” ucapnya.
Panji Gumilang juga mengaku telah melakukan penelitian di Vatikan, dalam penelitian itu dia mencari tahu bagaimana Vatikan bisa sangat besar.
“Ternyata sumbangan ke Vatikan itu tidak melalui kotak amal keliling. Saya melihat dalam penelitian, membaca sejarah Vatikan, dengan gerejanya itu, semuanya setiap bulan itu rekening masuk dari para jemaahnya,” pungkasnya.