RSHS Bandung Klarifikasi Soal Operasi Gigi Bungsu ‘Maut’
- Pixabay
VIVA Bandung – Direktur Medik & Keperawatan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Iwan Abdul Rahcman, turut berduka cita atas meninggalnya pasien yang menjalani operasi gigi bungsu di RSHS Bandung.
"Pertama-tama saya mewakli civitas hospitalia RS Hasan Sadikin, mengucapkan turut berduka cita atas kepergian beliau semoga beliau diberikan tempat yang terbagi di sisi-Nya," ujar Iwan dalam keterangannya Sabtu, 16 Desember 2023.
Ia juga memastikan bahwa RSHS telah memberikan pelayanan maksimal sesuai standar prosedur yang berlaku.
"Pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar prosedur pelayanan yang ada di rumah sakit," jelasnya.
Iwan menyayangkan adanya video viral yang mengklaim bahwa pasien meninggal karena kesalahan anestesi saat operasi.
"Namun demikian kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian seluruh pihak terhadap pelayanan di rumah sakit," ungkapnya.
"Mohon dukungan dan doa semoga RS Hasan Sadikin dapat senantiasa berupaya memberi kan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat," tambahnya.
Diketahui, video itu viral di media sosial usai dibagikan oleh akun Instagram @latashaqntas yang mengaku sebagai keluarga korban.
"Singkatnya cerita sepupu gue mau operasi gigi bungsu dari Garut dirujuk ke @rshs_bandung, kata (Rumah Sakit) yang di Garut (RSHS Bandung) ini bagus," tulis Latasha.
Ia mengungkapkan kronologi kejadian. Di mana setelah tiba di RSHS, tim dokter diduga langsung melakukan tindakan dengan cara menganestesi pasien atau membiusnya.
"Selang beberapa menit suami sepupu gue dipanggil katanya pasien henti detak jantung," ungkapnya.
Kemudian, akibat kondisi pasien yang kritis, lanjut Latasha, pasien pun langsung dilarikan tim dokter ke ke Neonatal Intensive Care Unit (NICU).
"Di sana pasien nggak sadar berhari-hari, tiba-tiba divonis macem-macem. Katanya paru-paru hitam, kondisinya nggak bagus dan lain-lain," katanya.
Lebih lanjut, pihak keluarga mengklaim sebelum menjalani operasi gigi bungsu, kondisi pasien telah diperiksa dan kondisinya dinyatakan aman untuk dilakukan tindakan.
"Di NICU udah dipakein segala alat bahkan matanya disolatip karena keadaan setelah bius langsung kaget dan melotot lalu gak sadar," jelasnya.
Sayangnya, setelah dua minggu tidak ada perkembangan, pihak rumah sakit masih terus mengambil tindakan kepada pasien. Seperti mencuci ginjal kurang lebih dua kali.
"Ventilator dipindah ke leher alias lehernya dibolongin," ujar Latasha.
Sejak saat itu, kata Latasha, kondisi pasien sudah tidak lagi menunjukan adanya pergerakan. Bahkan, tubuhnya menolak masuknya makanan dan minum serta tak lagi buang air kecil maupun air besar.