Aksi Protes Antihijab di Iran Memakan Korban, 3 Orang Tewas

Protes antihijab di Teheran, Iran
Sumber :
  • AP Photo

BANDUNG – Seorang gubernur Iran mengonfirmasi kematian pertama dalam protes besar-besar atas kematian tahanan polisi seorang wanita muda bernama Mahsa Amini. Namun dalam pernyataannya gubernur Iran tersebut mengatakan bahwa tiga orang dibunuh oleh elemen anti-revolusioner.

Esmail Zarei Kousha, Gubernur Provinsi Kurdistan barat laut, mengatakan kepada wartawan pada Selasa, 20 September 2022, bahwa tiga orang meninggal secara mencurigakan selama protes ilegal beberapa hari ini.

"Penyelidikan telah menunjukkan bahwa orang-orang ini ditembak dan dibunuh oleh mereka yang bekerja melawan penegakan hukum, dan dengan senjata api yang tidak digunakan oleh tingkat keamanan atau aparat penegak hukum di provinsi tersebut," katanya, dikutip dari Aljazeera, Rabu, 21 September 2022.

 

Aksi protes menentang kekerasan polisi terhadap perempuan di Iran

Photo :
  • NDHT

 

Menurut gubernur, satu orang meninggal di Divandareh, seorang lainnya ditemukan tewas di dalam mobil dekat sebuah rumah sakit di Saqqez. Sedangkan orang ketiga yang meninggal secara mencurigakan, sedang diselidiki.

Keluarga harus berhati-hati karena kelompok anti-revolusioner ingin menggunakan nama Mahsa Amini sebagai kode untuk memajukan tujuan mereka sendiri, kata Zarei Kousha, yang kemungkinan besar merujuk pada ungkapan yang telah disebutkan berkali-kali di makam Amini seperti "Kamu tidak akan mati, namamu akan menjadi kode".

Amini yang berusia 22 tahun sedang bepergian jauh dari rumahnya di Saqqez, dan berada di Teheran bersama keluarganya pekan lalu. Dia ditahan oleh polisi syariah karena mengenakan jilbab yang tidak pantas.

 

Protes atas kematian tragis Mahsa Amini di Jerman

Photo :
  • AP Photo/Michael Sohn

 

Ketika berada di pusat bimbingan pada hari yang sama, dia mengalami stroke dan serangan jantung, lalu dipindahkan ke rumah sakit terdekat, di mana dia meninggal beberapa hari kemudian.

Sebelumnya, pihak kepolisian mengatakan bahwa Amini tidak dipukuli, dan memang sudah memiliki beberapa kondisi sebelumnya seperti epilepsi dan diabetes. Keluarganya telah secara eksplisit membantah klaim oleh kepala polisi Teheran awal pekan ini.

Polisi juga menambahkan bahwa Amini telah melanggar aturan jilbab wajib Iran yang berlaku tak lama setelah Revolusi Iran tahun 1979.