Elektabilitas Nasdem Melorot Akibat Dukung Anies Capres?
- VIVA / Yeni Lestari
Pemilih rasional Anies di Pilkada DKI, menurut Bahar, jauh dari mungkin untuk mengalirkan suara mereka ke NasDem. Sebab, tipologi pemilih rasional akan memilih partai politik yang sudah terbukti menunjukkan prestasi dengan rekam jejak politik yang gemilang. "Dan NasDem belum membuktikan itu," kata Bahar.
Sementara pemilih Anies fanatik di Pilkada DKI juga sulit diharapkan mengalihkan pilihan mereka ke NasDem dan cenderung akan bertahan di pilihan tradisionalnya. "Sehingga sangat sulit bagi NasDem mengharapkan migrasi [calon pemilih] bagi dua model pemilih ini," tambah Bahar.
Dengan kenyataan seperti itu, Wakil Dekan FISIP UIN Surabaya itu berpendapat bisa jadi pilihan NasDem mendeklarasikan Anies justru menjadi bumerang. "Kenapa? Karena Partai NasDem yang memilih ideologi dan platform partai terbuka harus menerima kenyataan dituduh telah bergeser dari paltform tersebut," ujar Bahar.
Bagaimanapun, lanjut dia, sebagian besar orang kadung memandang Anies menggunakan politik identitas pada saat memenangkan Pilkada DKI. "Bagaimanapun, sosok Anies masih menyisakan luka bagi sebagian orang karena dianggap mentoleransi intoleransi atau bahkan dianggap telah mempergunakan politik identitas untuk menang di pilkada 2017 di DKI," ujar Bahar.
Menurut Bahar, dengan dinamika politik seperti itu, NasDem perlu menjadikan hasil survei LSI Denny JA tersebut sebagai alarm sekaligus pelecut bagi seluruh kader untuk lebih keras lagi berjuang.
Apalagi survei LSI Denny JA bukan satu-satunya hasil survei dengan hasil yang sama terkait NasDem. Hasil survei SMRC sebelumnya juga menyebutkan hasil yang kurang lebih sama. "NasDem perlu strategi jitu untuk membalikkan hasil survei tersebut di Pemilu 2024 nanti," kata Bahar.