Cerita Atlet Para Games Lawan Diskriminasi dengan Medali Emas
- Humas Bandung
Meski memang karena saking kerasnya berlatih, ia pun kerap beberapa kali mengalami cedera. "Waktu angkat 109 kg, bahu kanan saya cedera. Tapi, alhamdulillah cepat ditangani oleh pelatih," katanya yang kini tinggal di kawasan Pajajaran.
Ia memaparkan, selain melakukan latihan penunjang, seperti angkat beban - beban kecil dan push up selama 2-3 jam di GOR Pajajaran, seorang atlet juga harus memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.
"Selain latihan, perlu juga perhatikan makanan yang dikonsumsi. Jangan minum es, apalagi dengan kondisi di Kota Bandung yang dingin. Sering bikin tulang kita linu. Harus rajin minum susu, suplemen kalsium, baru kita latihan," paparnya.
Selama berkecimpung di dunia atletik angkat berat, Monik tak pernah merasakan kesulitan. Rasa mindernya pun terkikis habis. Baginya, sangat penting untuk mengikuti kata hati dan jangan dengarkan kata negatif dari orang lain. "Jangan dengarkan yang bilang. Kalian tidak bisa begini dan begitu. Kalau menurut kalian bisa berkembang di situ, latihan saja terus," tambahnya.
"Saya dulu seperti itu, lihat kondisi tangan yang begini mana bisa angkat berat. Tapi saya percaya dan yakin, terus berlatih juga. Intinya ikut saja kata hati sendiri," tambahnya.
Sampai saat ini, Monik belum tertarik dengan cabang olahraga lain. Baginya, masih banyak yang harus ia diulik dalam cabang angkat berat. Meski begitu, ia juga berharap agar anaknya yang kini duduk di bangku kelas 7 SMP bisa mengikuti jejaknya menjadi atlet. "Tapi ya anak - anak kan masih susah diarahkan ya. Cuma memang berharap anak juga bisa jadi atlet di cabang olahraga yang dia suka," ungkapnya. (bdg)