Ini Arti Toleransi Agama Menurut Habib Jafar dan Buya Yahya, Momen Selamat Hari Natal
- intipseleb.com
Bandung – Saling menghormati keyakinan orang lain adalah manifestasi nyata dari esensi toleransi.
Tidak penting apakah seseorang mengucapkan atau tidak, yang terpenting adalah tugas umat muslim untuk memberikan bantuan dan sokongan kepada saudara seiman umat kristiani di mana pun mereka berada.
Baru-baru ini umat Kristiani merayakan Natal yang bertepatan pada tanggal 25 Desember. Mereka, umat Kristen biasanya merayakan hari Natal dengan menghadiri ibadah di gereja dan melanjutkan dengan pertemuan keluarga.
Di tanah air kita, acara natal seringkali dirayakan dengan pertunjukan musik, pertukaran hadiah, dan juga pergi berlibur ke tempat-tempat wisata.
Namun, yang paling penting adalah mengucapkan selamat Hari Raya Natal kepada semua orang yang merayakannya.
Masalah ini kemudian menimbulkan pertanyaan bagi orang-orang Islam, tentang apakah boleh mengucapkan selamat hari Natal oleh seorang Muslim.
Namun, Buya Yahya juga ikut memberikan pendapatnya mengenai peristiwa tahunan umat kristiani yang merayakan hari Natal di setiap tanggal 25 Desember 2023.
Baginya, Buya Yahya memberi pandangan sikap toleransi beragama yang sejati adalah dengan memberikan penghargaan dan menghormati individu lain tanpa memaksa mereka.
Sama seperti perayaan Natal bagi umat Kristen, umat Islam juga memiliki hari raya mereka sendiri yang disebut Idul Fitri.
Ketika merayakan hari raya, umat muslim seharusnya tidak memaksa individu Kristiani untuk mengucapkan selamat, demikian juga sebaliknya.
"Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk ikutin kamu. Jadi gara-gara toleransi salah dalam penerapannya. Contohnya gini, toleransi kalau hari raya Idul Fitri, Anda jangan paksa karyawan Nasrani untuk ucapkan 'Selamat Hari Raya' atau memberikan bingkisan, kan begitu mestinya. Seperti pengajian, orang Nasrani tidak wajib," kata Buya Yahya, mengutip video di Youtube Al-Bahjah TV, Senin 25 Desember 2023.
Buya Yahya juga menyatakan bahwa toleransi sejati adalah ketidakmemaksaan untuk mengucapkan selamat natal atau merayakan perayaan tersebut.
Dalam konteks lain, Buya Yahya menyatakan bahwa alasan umat Islam tidak turut merayakan itu adalah karena dalam keyakinan Islam, Yesus Kristus dianggap sebagai seorang nabi, bukan sebagai tuhan.
"Apa sih artinya mengucapkan 'Selamat Natal'? Mengucapkan itu artinya merayakan kelahiran Yesus yang Tuhan bagi umat Nasrani. Jadi kalau kita (umat Islam) jangan pusing karena di Nabi Isa bukan Tuhan bagi umat Islam," terangnya.
Dari situlah kemudian mengapa ajaran Islam sangat berbeda dengan ajaran Kristen. Oleh karenanya umat muslim tidak perlu ikut merayakannya.
Menurut Buya Yahya, itu seharusnya tidak menjadi masalah, karena umat Kristen sendiri tidak keberatan jika saudara muslimnya tidak mengucapkan selamat.
"Jadi kalau mengatakan haram bukanlah sebuah masalah, justru yang mempermasalahkan, orang Islam yang ngaco. Orang Nasrani tidak masalah kalau Islam tidak mengucapkan Natal," ujar Buya Yahya.
Namun kali ini, salah satu habib terkemuka yang menjunjung nilai tolerasi, Habib Jafar tengah mengucapkan selamat Natal pada umat Kristiani.
Habib Jafar juga disebut sosok yang terkemuka dalam kalangan pemuda Indonesia sebagai tokoh agama Islam yang sangat dihormati. Dikenal dengan gaya dakwah yang santai, Husein bin Ja’far Al Hadar sering menunjukkan keindahan toleransi antar umat beragama, termasuk ketika merayakan Hari Natal.
Pada perayaan Natal tahun 2023, Habib Jafar dengan setia mempersiapkan hadiah Natal untuk anggota keluarganya. Habib memutuskan untuk membuat sweater yang menunjukkan pentingnya toleransi di antara berbagai agama. Selain sweater, pakaian lain seperti jaket dan cardigan juga sangat populer di musim dingin.
“Tahun ini, saya memilih kirimkan hadiah di Hari Natal saudara-saudaraku berupa sweater bertuliskan “Berbeda Tapi Bersama” & kurma. Kenapa? Saya ceritakan di video besok,” paparnya.
Habib Natal menyampaikan ucapan selamat Natal kepada umat Kristiani sebagai akhir dari pidatanya.
“Selamat berbahagia buat saudara-saudaraku umat Kristiani di Natal tahun ini. Salam hangat saya & keluarga utk kalian semua,” tutup Habib Jafar.
Sebagai penutup soal toleransi, Buya Yahya meamberi kriteria toleransi dan kewajiban.
"Dalam Islam nggak ada toleransi adanya kewajiban, misalnya tetangga sakit kita wajib ngasih, tetangga Nasrani yang sakit, kita wajib kasih makan, kasih obat, tetangga Nasrani yang lapar kita wajib kasih maka, itu bukan toleransi tapi kewajiban," jelasnya.