Lucy Clark, Wasit Sepakbola Transgender Pertama yang Dapat Penghargaan

Lucy Clark
Sumber :

Viva Bandung – Lucy Clark, seorang wasit sepakbola transgender pertama di dunia yang mendapatkan penghargaan Guinness World Records. Dia menerima penghargaan tersebut setelah memasuki usia 51 tahun.

Pandji Pasrah Soal MU, Mukti Bangga dengan Permainan Juventus!

Setelah puluhan tahun menghabiskan waktu di lapangan. Sepakbola menjadi olahraga yang dicintainya sejak masih kecil. Pengalaman pertamanya terjadi terjadi ketika dirinya berusia 10 tahun dan main di klub junior.

Sejak itu, dia tidak pernah melewatkan hari tanpa memberikan yang terbaik melalui pekerjaannya. Antusiasme pada semua hal tentangbola, dan membentuk tim pertama ketika masih berusia 15 tahun.

3 Rekomendasi Game Football Terbaik: Dari Online hingga Offline

Bagi Lucy Clark, ada di lapangan baik itu sebagai pemain atau wasit adalah hal yang menyenangkan. Gairahnya terlibat dalam pertandingan sepakbola tidak pernah menurun.

"Ada begitu banyak kenangan indah. Gol yang saya cetak pergi ke stadion yang luar biasa dan ikonik ini, ada begitu banyak. Sepakbola seperti gereja bagi saya. Saya melihat sebuah stadion dan mengaguminya," kata Lucy, dikutip dari laman resmi Guinness World Records.

Profil, Karir, hingga Agama Kevin Diks Punggawa Baru Timnas Indonesia

Lucy bukannya tanpa hambatan ketika ingin mengekspresikan diri sebagai transgender. Dia khawatir kelak mimpinya ingin menjadi wasit sepakbola terhalang.

Dia sempat menunda transisi menjadi transgender untuk bisa menggapai impian menjadi wasit. Sempat pula dia ingin menyerah pada 2017, karena merasa Federasi Sepakbola Inggris (FA) takkan menerimanya.

Pada 2017, Lucy menemukan titik balik. Serangan jantung membuatnya harus terbaring di rumah sakit selama Natal. Itu adalah pengalaman yang membuka matanya.

Setahun berselang, Lucy memberanikan diri memberi tahu FA tentang siapa dirinya dan ingin terus menjadi wasit. Lalu pada 2019, dia tampil di depan umum sebagai perempuan transgender yang menjadi wasit dalam sejarah sepakbola. 

"Saya merasa seperti penipu, dengan cara yang lucu, karena saya menggambarkan kehidupan ini yang bukan milik saya. Ketika saya menampilkan diri, saya merasa sangat lega," ujar Lucy.