Saran Dokter, Pakai Kondom Cegah Penularan HIV/AIDS

Ilustrasi kondom
Sumber :
  • Pixabay

BANDUNG – Kondom kerap menuai kontroversi di masyarakat lantaran sifatnya yang berbau seksual. Faktanya, kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan, juga mampu mencegah penularan penyakit seksual seperti HIV/AIDS yang masih menjadi endemi di Indonesia.

Kurang Gairah saat Bercinta? Cobain Gaya Pancake Ini, Dijamin Puas Sampai Klimaks

Dokter spesialis kulit kelamin, dr Santoso Edi Budiono SpKK menegaskan bahwa Indonesia masih diwarnai dengan pro dan kontra akan kondom. Dari pengalamannya di lapangan, dokter Santoso mengatakan bahwa penyebaran kondom oleh pemerintah menjadi tantangan tersendiri lantaran stigma negatif dari masyarakat.

"Indonesia heboh pro kontra. Padahal, HIV/AIDS bisa dicegah salah satunya dengan kondom. Di lapangan saya hadapi tantangan (terkait kondom), seakan-akan kita halalkan sesuatu yang seharusnya enggak boleh dilakukan," kata dokter Santoso dalam konferensi persnya bersama Kementerian Kesehatan, Selasa 29 November 2022.

Pancake, Gaya Seks yang Dijamin Makin Menantang dan Menggairahkan saat di Atas Ranjang

Dokter Santoso menegaskan bahwa pendekatan terkait HIV/AIDS sejatinya ada tahapan yang melibatkan banyak pihak, bukan semata-mata dari bidang kesehatan. Di tahap awal, dokter Santoso menjelaskan bahwa tugas pendidik dan pemangku agama lah yang seharusnya berperan besar untuk mencegah munculnya kasus baru HIV/AIDS.

"Kalau bicara ABCD, A dan B bukan bagian kita (kesehatan) tapi para pemangku agama dan pendidik. (Contoh) suruh setia ke pasangan, bahaya seks bebas. Dari sisi kesehatan kita hanya anjurkan pemakaian kondom. Kita tidak bisa ubah perilaku secara singkat apalagi dia (pasien) punya risiko (menulari)," tambahnya.

Akash Elahi Suka Jajan Seks, Venny Alberti Kena Penyakit Kelamin Hingga Bau Busuk

Mengubah perilaku bukan hal yang dapat dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Maka dari itu, dokter Santoso mengimbau agar masyarakat mau terbuka terhadap edukasi seks sejak dini dan tidak melakukan stigma negatif terhadap kondom, karena dapat membantu mencegah penularan HIV/AIDS.

"Mau nggak mau kita hanya tawarkan kondom untuk pencegahan. Seiring banyaknya yang tak setuju pencegahan kondom, suaranya makin mengecilkan pemakaiannya. Dulu kan (kondom) disediakan lemerintah. Balik lagi sekarang pendidikan dan pengetahuan, Anda ada risiko maka harus melindungi diri dengan sarana yang ada (seperti kondom)," tuturnya.

Berdasarkan data modeling AEM, tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Yang mana, sekitar 40 persen dari kasus infeksi baru tersebut terjadi pada perempuan.

Penyebabnya beragam mulai dari pandemi COVID-19, retensi pengobatan ARV yang rendah, adanya ketidaksetaraan dalam layanan HIV serta masih dirasakannya stigma dan diskriminasi yang berawal dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS.(dra)