Ada Bakteri yang Bisa Hindari Antibiotik, Ilmuwan Kewalahan

Ilustrasi virus
Sumber :
  • Pixabay

BANDUNG – Para peneliti baru saja menangkap bakteri yang bisa menghindari pengobatan antibiotik dengan trik yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Panduan Lengkap Cara Mudah Mudah Daftar Bansos Online Melalui Aplikasi Cek Bansos

Bakat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik adalah ancaman kesehatan yang berkembang pesat. Kemampuan ini berasal dari zaman kuno dan memungkinkan infeksi bakteri yang resistan terhadap obat seperti MRSA dan gonore yang membunuh 1,3 juta orang secara global setiap tahun.

Superbug ini bahkan menemukan jalan mereka ke hewan liar, seperti lumba-lumba dan beruang melansir dari situs Science Alert, Jumat, 9 Desember 2022.

Waspadai 4 Virus Mengintai Saat Musim Hujan: KENALI DAN LINDUNGI DIRI

Mikroba licik dapat mencuri gen dari satu sama lain dengan cepat, meneruskan taktik kebal antibiotik. Strategi termasuk menonaktifkan antibiotik secara langsung, mencegah antibiotik menumpuk di sistem mereka, atau mengubah target antibiotik sehingga obat tidak lagi efektif.

Sebagian berkat penggunaan antibiotik yang berlebihan di mana superbug telah mengumpulkan berbagai taktik resisten, membuatnya sangat sulit untuk diobati.

Waspada Demam Berdarah di Musim Hujan, Panduan Lengkap Tindakan Pencegahan Dari Pakar Kesehatan

"Bentuk resistensi baru ini tidak terdeteksi dalam kondisi yang secara rutin digunakan di laboratorium patologi, sehingga sangat sulit bagi dokter untuk meresepkan antibiotik yang akan mengobati infeksi secara efektif, berpotensi menyebabkan hasil yang sangat buruk, bahkan kematian dini," jelas peneliti Timothy Barnett.

Ahli mikrobiologi Telethon Kids Institute, Kalindu Rodrigo dan rekannya menemukan mekanisme baru ini saat menyelidiki bagaimana Streptococcus Grup A merespons antibiotik.

Bakteri ini biasanya menyebabkan sakit tenggorokan dan infeksi kulit, juga dapat menyebabkan infeksi sistemik seperti demam berdarah dan sindrom syok toksik.

"Bakteri perlu membuat folatnya sendiri untuk tumbuh dan pada gilirannya menyebabkan penyakit. Beberapa antibiotik bekerja dengan menghalangi produksi folat ini untuk menghentikan pertumbuhan bakteri dan mengobati infeksi," jelas Barnett.

Ketika melihat antibiotik yang biasa diresepkan untuk mengobati infeksi kulit Strep Grup A peneliti menemukan mekanisme resistensi, di mana untuk pertama kalinya bakteri menunjukkan kemampuan untuk mengambil folat langsung dari inang manusia ketika diblokir untuk memproduksinya sendiri.

Jadi Streptococcus memperoleh folat yang sudah diproses dari luar selnya sendiri kemudiam molekul-molekul ini berlimpah di tubuh kita.

Proses ini benar-benar melewati tindakan sulfametoksazol, antibiotik yang menghambat sintesis folat dalam bakteri, sehingga membuat obat tidak efektif.

Rodrigo dan tim mengidentifikasi setidaknya satu gen yang terlibat yakni thfT. Ini mengkodekan bagian dari sistem pemanenan folat. Oleh karena itu, bakteri Streptococcus dengan gen ini telah menemukan cara untuk menyedot folat dan menumbangkan sulfametoksazol.

Di laboratorium, Grup A Streptococcus menyerah pada antibiotik sulfametoksazol karena tidak memiliki sumber folat lain yang dapat diakses.

Dalam hal ini, bakteri hanya kebal terhadap antibiotik ketika menyebabkan infeksi yang sebenarnya di dalam tubuh kita. Ini berarti belum ada cara untuk mendeteksi resistensi antibiotik di laboratorium patologi.(dra)