Kisah Pilu, Presiden Soekarno Lelang Peci Tak Punya Uang Untuk Lebaran

Kisah Presiden Soekarno lelang peci untuk uang lebaran
Sumber :
  • istimewa

BANDUNG – Mengulik kisah Presiden RI pertama Ir Soekarno, beliau saat tidak memiliki uang jelang hari raya Idul Fitri atau Lebaran.

Kampung Lali Gadget Ciptaan Achmad Irfandi Jadi Inspirasi Edukasi Anak Negeri

Kisah itu dikutip dari Buku "Suka Duka Fatmawati Sukarno" sebagaimana diceritakan kepada Kadjat Adrai.

Kala itu menjelang Lebaran, Bung Karno menemui mantan Menteri Luar Negeri Roeslan Abdoelgani untuk berhutang uang.

KREDIBALI: Solusi Pendidikan dan Lingkungan Ala I Gede Andika Wira Teja

"Cak, tilpuno Anang Tayib. Kondo’o nék aku gak duwé dhuwik (Cak teleponkan Anang Tayib bilang aku ga ada uang)," tutur Soekarno.

Anang merupakan keponakan Roeslan yang tinggal di Gresik. Dimana Anang merupakan pengusaha peci merek Kuda Mas yang sering dikenakan Soekarno. Kemudian Roeslan Abdoelgani malah meminta peci bekas soekarno untuk dilelang.

Ratna Indah Kurniawati, Perempuan Tangguh Pembawa Asa Penderita Kusta

"Beri aku satu peci bekasmu. Saya akan lelang," kata Roeslan Abdoelgani.

"Bisa laku berapa, Cak?" tanya Soekarno keheranan.

"Wis tala, serahno aé soal iku nang aku. Sing penting bèrès (sudahlah, serahkan saja soal itu pada saya. Yang penting beres)," jawab Roeslan.

Roeslan pun lalu menyerahkan kepada Anang satu peci yang bekas dipakai Soekarno. Roeslan kaget karena jumlah peserta lelang begitu banyak yang mana semuanya pengusaha asal Gresik dan Surabaya.

Tapi yang membuatnya sangat terkejut ternyata Anang melelang tiga peci.

"Saudara-saudara, sebenarnya hanya satu peci yang pernah dipakai Bung Karno. Tetapi saya tidak tau lagi mana yang asli. Yang penting ikhlas atau tidak?" tanya Anang.

"Ikhlas!!!" seru para peserta lelang.

"Alhamdulillah," sahut Anang.

Dalam waktu singkat terkumpul uang Rp10.000.000.

Semua uang itu segera diserahkan Anang kepada Roeslan.

"Asline lak siji se (Yang asli cuma satu ‘kan)," kata Roeslan.

"Iya. Sebenarnya dua peci yang akan saya berikan untuk Bung Karno," kata Anang.

"Tapi kedua peci itu jelek," ungkap Roeslan. 

"Memang sengaja saya buat jelek. Saya ludahi, saya basahi, saya kasih minyak, supaya kelihatan bekas dipakai," sahut Anang.

"Koen iki kurang ajar Nang, mbujuki wong akèh (Kamu kurang ajar Nang. Nipu banyak orang)," tutur Roeslan.

"Nek gak ngono gak olèh dhuwik akèh (Kalau nggak begitu mana mungkin bisa dapat banyak uang)," jawab Anang.

Roeslan kemudian menyerahkan semua uang hasil lelang kepada Soekarno. Soekarno pun heran dengan hasil lelang pecinya.

"Cak, kok akeh dhuwike (Banyak banget uangnya)?" Bung Karno kaget.

"Iku akal-akalane Anang (Itu semua akal-akalannya Anang)," jelas Roeslan.

Dia pun menceritakan bagaimana cara Anang menggandakan peci.

"Kurang ajar Anang. Nek ngono sing dosa aku apa Anang (Kalau begitu yang berdosa saya)?" tanya Bung Karno.

"Anang," sahut Roeslan.

"Dhuwik sakmono akehe jange digawe apa Bung (Uang begitu banyak akan digunakan untuk apa Bung)?" tanya Roeslan.

"Gawe zakat fitrahku. Gowoen kabèh dhuwik iki nang makam Sunan Giri. Dumno nang wong-wong melarat nok kono (Untuk zakat fitrahku. Bawa semua uang ini ke makam Sunan Giri. Bagikan pada orang-orang miskin di sana),” kata Bung Karno. (irv)