Hari Raya Idul Fitri 1444 H Berpotensi Beda, Ini Alasannya

Pemantauan Hilal Untuk Menentukan Awal Puasa Ramadhan.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA Bandung – Ada potensi perbedaan untuk Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah, menurut Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus Anggota Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama, Thomas Djamaluddin.

Sempat Viral Karena Materi Khutbah Sholat Ied Bernuansa Politik, Untung Cahyono Akhirnya Minta Maaf

"Alhamdulillah, awal Ramadhan 1444 Hijriah telah ditetapkan seragam pada 23 Maret 2023. Namun, akhir Ramadhan atau Idul Fitri akan terjadi perbedaan," tulisnya di blog dikutip pada Senin, 27 Maret 2023.

Meski begitu, Thomas menegaskan bahwa kepastian dari Hari Raya Idul Fitri masih harus menunggu hingga sidang isbat pada 29 Ramadhan atau 20 April 2023. Menurutnya, faktor perbedaaan ada di kriteria bukan metode hisab dan rukyat.

Pertama dalam Sejarah, Umat Islam di Indonesia Akan Mengalami 2 Kali Ramadhan dalam 1 Tahun

Sidang isbat akan dibarengi dengan peristiwa Gerhana Matahari yang mana fenomena itu dapat dianggap sebagai ijtimak (konjungsi) yang teramati.

"Gerhana Matahari bisa dianggap sebagai kondisi ijtimak yang menunjukkan akhir siklus Bulan mengitari Bumi. Tetapi itu tidak bisa dijadikan dasar penentuan bulan baru Hijriyah. Secara hukum (fikih), dasar penetapan bulan baru Hijriah harus berdasarkan pengamatan atau posisi Bulan saat magrib," jelas Thomas.

Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri dari Megabintang Cristiano Ronaldo

Posisi satelit alami Bumi pada saat 20 April 2023 yang masih rendah di ufuk barat menjadi sebab perbedaan. Menurut kriteria wujudul hilal (Bulan lebih lambat terbenam daripada Matahari), pada saat magrib Bulan telah di atas ufuk.

Atas dasar kriteria tersebut, maka Muhammadiyah mengumumkan Hari Raya Idul Fitri pada keesokan harinya, yaitu 21 April 2023.

Sedangkan, kriteria baru MABIMS mensyaratkan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Artinya, menurut kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) MABIMS, hilal tidak mungkin terlihat.

"Oleh karenanya, awal Syawal atau Idul Fitri pada kalender NU, Persis, dan Pemerintah ditetapkan dua hari berikutnya, atau tanggal 22 April 2023. Kepastiannya kita tunggu pengumuman pemerintah setelah sidang isbat," imbuhnya.

Menggunakan simulasi Stellarium, hilal akan sangat-sangat tipis. Maka pada saat rukyat sesudah magrib, 20 April 2023, tidak akan ada saksi yang bisa melihat hilal.

"Kalau itu benar terjadi, sidang isbat akan menetapkan bulan Ramadhan istikmal, yaitu digenapkan 30 hari. Maka pemerintah akan mengumumkan Idul Fitri pada tanggal 22 April," kata Thomas.