Menikmati Rasa Sakit Saat Hubungan Seks? Ini Pengertian Masokisme

ilustrasi penyimpangan seksual
Sumber :
  • hellosehat.com

BANDUNG – Setiap orang pasti memiliki fantasi seksual yang berbeda. Namun, tak jarang diantara, fantasi mengarah ke penyimpangan seksual yang berisiko dan membahayakan, contohnya masokisme.

Panduan Lengkap Cara Mudah Mudah Daftar Bansos Online Melalui Aplikasi Cek Bansos

Seorang masokis (orang yang menyukai masokisme) mendapatkan kepuasan seksual ketika dirinya disakiti secara fisik, atau psikis oleh pasangannya.

Pengertian Masokisme

Waspadai 4 Virus Mengintai Saat Musim Hujan: KENALI DAN LINDUNGI DIRI

Dilansir dari Halodoc.com, pada Sabtu, 18 Juni 2022. Masokisme adalah kecenderungan seseorang untuk mendapatkan kesenangan atau kepuasan dari rasa sakit yang ia alami saat berhubungan seks.

Jika seseorang mencari rasa sakit untuk mendapat kepuasan seksual, kondisi ini disebut masokisme seksual.

Jurus Ampuh Tingkatkan Imunitas di Tengah Cuaca Ekstrem, 7 Makanan Penangkal Penyakit Musim Hujan

Orang-orang masokis bisa merasa terangsang jika mendapatkan rasa sakit dari dipukul, ditampar, diikat, atau tindakan lainnya sebelum ataupun saat berhubungan seksual.

Selain rasa sakit fisik, mereka bisa mendapatkan kepuasan seksual dari siksaan psikis seperti hinaan, caci maki, atau kata-kata yang merendahkan. Rangsangan ini bahkan bisa membuat mereka mencapai orgasme.

Perilaku masokis tergolong sebagai parafilia alias penyimpangan seksual. Parafilia merupakan berbagai dorongan serta perilaku tidak wajar atau menyimpang untuk membangkitkan gairah seksual seseorang.

Namun, perlu diketahui bahwa masokisme biasa (sexual masochism) berbeda dengan gangguan masokisme seksual (sexual masochism disorder). Orang dengan masokisme menikmati rasa sakit, tapi tidak terganggu olehnya.

Meski mereka membutuhkan rasa sakit untuk bisa mendapatkan kepuasan seksual, hal ini tidak mengganggu kehidupan seksual mereka. Selain itu, mereka juga masih mampu mengendalikan pikiran dan keinginannya.

Sementara itu, gangguan masokisme seksual menyebabkan kecemasan berlebih, rasa malu, stres, dan pikiran yang penuh oleh ide masokis. Kondisi ini berlangsung selama berbulan-bulan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.

Seberapa sering masokisme

Meski masih sangat tabu, masokisme ternyata merupakan kondisi yang cukup umum. Fenomena penyimpangan seksual ini juga telah dikaji dalam beberapa studi.

Salah satunya dalam sebuah penelitian terbitan Journal of Sex Research pada 2017. Penelitian tersebut melibatkan 1.040 responden dewasa berusia 18–64 tahun.

Hasilnya, sebanyak 33,9 persen responden setidaknya pernah sekali melakukan perilaku parafilia seumur hidupnya. Selain itu, sebanyak 23,8 persen pria dan 19,2 persen wanita tergolong sebagai masokis.

Gejala dan gangguan maksokisme

Orang yang senang menerima kekerasan saat berhubungan seksual belum tentu bisa dikategorikan mengalami gangguan masokisme seksual.

Menurut situs Grace Point Wellness, berikut berbagai gejala yang bisa menjadi petunjuk bahwa seseorang mengalami gangguan masokisme seksual.

Dorongan fantasi atau perilaku seksual telah muncul setidaknya selama 6 bulan, meliputi aktivitas kekerasan seperti dipermalukan, dihina, diikat, atau dipukul.

Dorongan fantasi atau perilaku seksual tersebut cukup mengganggu aspek kehidupan lain, seperti pekerjaan dan hubungan sosial.

Perilaku seksual masokisme ini biasanya sudah bisa terlihat dan terdiagnosis sejak usia dewasa awal, bahkan kadang-kadang dimulai dari usia anak-anak.

Sekilas, masokisme mirip dengan BDSM (bondage/discipline, dominance/submission, and sadism/masochism). Aktivitas seksual yang termasuk dalam praktik ini umumnya meliputi kekerasan fisik, psikis, dan verbal dengan persetujuan kedua pihak.

Hanya saja, BDSM melibatkan dua orang yang sama-sama menikmati kekerasan fisik dan verbal ketika melakukan hubungan intim. Pasangan yang melakukan BDSM terbagi menjadi dua dominan dan submisif.

Bentuk masokisme

Selain masokisme yang dikenal secara umum, ada pula bentuk lain dari penyimpangan seksual ini yang disebut asphyxiophilia.

Orang-orang dengan kecenderungan asphyxiophilia mendapat kepuasan seksual atau bahkan mengalami orgasme ketika mereka tidak bisa bernapas.

Mereka mungkin menghambat napasnya sendiri atau dengan bantuan pasangannya. Sang pasangan akan mencekik, menutup wajah dengan bantal, atau melakukan hal lain yang menghambat jalan napas.

Asphyxiophilia merupakan praktik yang berisiko. Tak jarang, tindakan ini berakibat fatal karena orang yang melakukannya kehabisan napas.

Penyebab masokisme

Sampai saat ini penyebab masokisme belum diketahui secara pasti. Mengutip Psychology Today, ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa penyimpangan seksual ini terjadi ketika fantasi seksual tidak tertahankan.

Ada juga teori lain yang mengatakan bahwa, masokisme adalah cara bagi seseorang untuk lari dari kenyataan. Seseorang akan merasa lebih gagah saat ia melakukan tindakan ini di ranjang.

Padahal, di balik itu semua, ia sebenarnya merupakan orang yang pemalu, pendiam, atau bahkan takut kepada lawan jenis.

Dengan menjalankan peran sesuai dengan fantasi seksualnya, orang-orang yang tergolong masokis ini merasa menjadi pribadi baru yang berbeda.

Selain itu, sejumlah teori psikoanalisis menduga bahwa perilaku masokis ini berkaitan dengan trauma masa kecil (misalnya pelecehan seksual) atau pengalaman masa kecil yang berhubungan dengan kasus parafilia lainnya. (Irv)