Hati-hati Saat Ibu Marah Ini 5 Kata Yang Tak Boleh Diucapkan Pada Anak
- Shuttershock
BANDUNG – Sebesar apapun rasa cinta ibu pada anak, ada kalanya anak membuat ibu jengkel. Namun, di situasi sepanas itu, penting bagi seorang ibu untuk menahan kendali agar tidak melontarkan kalimat yang tidak boleh diucapkan pada anak.
Luka pada fisik mungkin saja bisa sembuh dalam beberapa saat, tetapi luka batin karena kalimat yang dilontarkan Ibu akan selalu membekas di hati anak.
Ini juga bisa memengaruhi perkembangan dan kesehatan mental anak di kemudian hari.
Tentunya tidak ada ibu atau orangtua yang bermaksud jahat pada anak. Namun, karena Ibu juga adalah manusia biasa, terkadang ada hal-hal keliru yang bisa dilakukan. Termasuk dalam mengucapkan kalimat tertentu pada anak, di situasi tertentu.
Meski mungkin tidak bermaksud buruk, penting untuk mengetahui bahwa kalimat-kalimat, dilansir dari Halodoc.com pada Sabtu, 16 Juli 2022, berikut ini kata yang tidak boleh diucapkan pada anak:
“Masa begitu saja kamu marah/menangis?!”
Ibu mungkin heran melihat anak marah atau menangis karena sesuatu yang menurut Ibu sepele. Namun, cobalah untuk menahan diri agar tidak membuat perasaannya menjadi tidak valid.
Bayangkan jika Ibu sedang merasa kesal atau sedih, lalu ada orang lain yang mengucapkan kalimat itu. Tentunya Ibu juga akan kesal, kan?
Ketika seorang anak percaya bahwa, pikiran atau perasaannya tidak diakui, ia tidak hanya merasa lebih terisolasi, tetapi juga menjadi lebih marah, frustrasi, dan murung.
“Kamu seperti ayahmu!” atau “Kenapa kamu tidak bisa seperti kakakmu?”
Kedua kalimat membandingkan ini juga tidak boleh diucapkan pada anak. Ketika ayah sering dikritik di rumah, misalnya, anak tidak akan merasa senang jika dibilang sama seperti ayahnya.
Tidak nyaman bagi anak-anak untuk mendengar orang tua mereka mengatakan hal-hal negatif tentang satu sama lain. Jika seorang anak telah dicap “sama seperti ayahnya”, ia akan merasa marah dan malu ketika ayahnya dikritik.
Selain itu, hindari juga mengatakan kalimat seperti, “Mengapa kamu tidak bisa seperti saudaramu?” Ini adalah jebakan bagi orang tua, terutama jika memiliki satu anak yang berperilaku baik, sedangkan yang lainnya tidak.
Ketika Ibu menggunakan perbandingan semacam ini, itu menyakitkan dan juga mengadu domba anak-anak secara tidak langsung.
Ingatlah selalu bahwa, setiap anak memiliki keistimewaan, serta memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
“Kamu tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar.”
Kalimat ini dapat membuat anak merasa bodoh, malu, dan rendah diri. Meskipun banyak orang berpikir rasa malu adalah cara yang baik untuk menghukum anak-anak, percayalah ini bukan kalimat yang pantas untuk diucapkan.
Bahkan, itu akan sering memiliki efek sebaliknya karena dapat menyebabkan anak menarik diri. Dalam jangka panjang, rasa malu akan membuat anak kurang mampu mengambil keputusan yang tepat.
Rasa malu berbeda dari rasa bersalah. Rasa bersalah itu tidak buruk karena mengandung perasaan menyesal dan tanggung jawab. Seseorang harus merasa menyesal ketika melakukan sesuatu yang salah.
Jika Ibu ingin anak merasa bersalah ketika ia melakukan kesalahan, jangan gunakan rasa malu untuk mencoba membuat anak merasa bersalah. Rasa malu memiliki efek yang seolah mengatakan, “Kamu adalah orang yang tidak berharga.”
“Ibu sudah muak dengan kamu!”
Meski sudah sangat kesal, ini adalah kalimat yang tidak boleh diucapkan pada anak. Dalam jangka panjang, terus mengatakan kalimat seperti ini pada anak akan merusak hubungan Ibu dengan anak.
Bayangkan, seorang anak bergantung pada orang tuanya untuk bertahan hidup. Orang tua memberikan perlindungan, makanan, pakaian dan lain-lain.
Jadi, jika orang yang bertanggung jawab mengasuh anak mengatakan bahwa ia telah muak, ini bisa mengejutkan, menakutkan, dan sangat melukai anak.
“Sini, biar Ibu bantu.”
Sepintas memang tidak ada yang salah dengan kalimat tersebut. Terlebih anak-anak memang belum bisa mandiri, dan butuh bantuan orangtuanya di banyak hal.
Namun, kalimat tersebut sebaiknya jangan diucapkan ketika anak sedang berusaha membuat atau melakukan sesuatu dengan hati-hati. Ini akan membuat anak menjadi tidak bisa mandiri dan selalu bergantung pada orang tuanya.
Alih-alih selalu membantu anak hingga hal terkecil, beri ia kesempatan untuk mencoba dan amati dari jauh, selama itu tidak berbahaya. (irv)