Kenali Gajala dan Penyebab Stunting Pada Anak, Ini Tandanya
- alodokter.com
BANDUNG – Kenali istilah gangguan tumbuh kembang pada anak, salah satunya Stunting.
Stunting adalah kondisi ketika tinggi badan anak lebih pendek daripada standar usianya akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh malnutrisi yang dialami ibu saat hamil atau anak pada masa pertumbuhannya.
Berdasarkan data WHO, suatu negara dikatakan mengalami masalah stunting bila jumlah kasusnya berada di atas 20 persen.
Sementara itu, berdasarkan data tahun 2018, jumlah kasus stunting di Indonesia adalah sebanyak 30,8 persen, atau tiga dari sepuluh anak Indonesia.
Oleh karena itu, hingga kini stunting masih menjadi masalah yang harus diproritaskan untuk ditangani pemerintah.
Postur tubuh anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti genetik, hormonal, dan asupan nutrisi. Oleh karena itu, ada anak yang berperawakan pendek karena orang tuanya juga berpostur tubuh pendek.
Akan tetapi, stunting berbeda dengan perawakan pendek. Anak dengan stunting pasti memiliki tubuh yang pendek, tetapi anak dengan perawakan pendek belum tentu mengalami stunting.
Dilansir dari slodokter.com pada Minggu, 17 Juli 2022, berikut ini beberapa gejala dan penyebab Stunting pada anak.
Penyebab Stunting
Penyebab utama stunting adalah malnutrisi dalam jangka panjang (kronis). Kekurangan asupan gizi ini bisa terjadi sejak bayi masih di dalam kandungan karena ibu tidak mencukupi kebutuhan nutrisi selama kehamilan.
Selain itu, anak yang kebutuhan nutrisinya tidak terpenuhi selama masa tumbuh kembangnya juga bisa mengalami stunting.
Faktor risiko stunting
Risiko terjadinya stunting pada anak bisa meningkat jika ibu hamil memiliki beberapa kondisi atau faktor berikut:
- Intrauterine growth restriction (IUGR)
- Perawakan pendek
- Berat badan ibu tidak naik selama kehamilan
- Tingkat pendidikan rendah
- Kemiskinan
- Tinggal di lingkungan dengan sanitasi buruk dan tidak mendapatkan akses untuk air bersih
Sedangkan pada anak, beberapa kondisi yang meningkatkan risikonya mengalami stunting adalah:
- Mengalami penelantaran
- Tidak mendapatkan ASI eksklusif
- Mendapatkan gizi MPASI yang berkualitas buruk
- Menderita penyakit yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti penyakit TBC, anemia, penyakit jantung bawaan, dan infeksi kronis
Gejala Stunting
Gejala stunting sering tidak disadari, karena anak hanya diduga memiliki tubuh yang pendek. Meski demikian, gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2 tahun.
Gejala yang menunjukkan anak mengalami stunting adalah:
- Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya
- Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
- Pertumbuhan tulang terhambat
- Mudah sakit
- Gangguan belajar
- Gangguan tumbuh kembang
Bila menderita penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejala berikut:
- Tidak aktif bermain
- Batuk kronis, demam, serta berkeringat malam hari
- Tubuh anak membiru ketika menangis (sianosis)
- Sering lemas
- Sesak napas
- Ujung jari berbentuk seperti tabuh (clubbing finger)
- Bayi tidak dapat menyusu dengan baik
Kapan harus ke dokter?
Segera ke dokter jika tinggi badan anak Anda tampak lebih pendek dari anak seusianya, terutama bila anak mengalami gejala yang disebutkan di atas.
Selain itu, pemeriksaan tinggi badan, berat badan, dan tumbuh kembang anak perlu rutin dilakukan oleh dokter atau diperiksa di posyandu.
Bagi anak berusia di bawah 2 tahun, pemeriksaan perlu dilakukan setiap 1–2 bulan sekali. Sementara itu, pemeriksaan untuk anak berusia di atas 2 tahun, dilakukan setiap 1 tahun sekali. (irv)