Ternyata Gen Z Pilih Nganggur Daripada Kerja dengan Tekanan Tinggi
VIVABandung – Para generasi Z atau Gen Z saat ini memiliki pandangan berbeda tentang dunia kerja.
Mereka lebih memilih untuk tidak bekerja daripada harus menghadapi tekanan tinggi di tempat kerja. Fenomena Gen Z yang dianggap malas dan susah diatur di dunia kerja sebenarnya bukan hal baru.
Pada tahun 2010, generasi milenial juga mengalami stigma serupa. Mereka dianggap ingin serba cepat dan harus bekerja sesuai passion.
"Sangat umum banget orang-orang yang masuk ke dunia kerja di umur 20-an ini dilabelkan menjadi sesuatu yang seakan-akan susah banget diaturnya," ungkap Agus dalam podcast Agusleo Halim.
Salah satu penyebab Gen Z merasa tidak nyaman di tempat kerja adalah sistem yang terlalu kaku dan gaya manajemen yang micromanage.
Mereka merasa terbebani dengan jadwal lembur dan tekanan dari atasan yang terus memantau pekerjaan mereka.
Sebagai solusi, banyak Gen Z memilih menjadi solopreneur atau content creator. Namun, Agus mengingatkan bahwa pilihan ini juga memiliki tantangan tersendiri.
Penghasilan yang tidak stabil dan tekanan untuk terus menghasilkan konten berkualitas menjadi risiko yang harus dihadapi.
"Jangan terkesan kayak solopreneur yang kamu bilang itu bikin usaha sendiri freelancer atau apapun itu engak stres. Jelasnya duitnya kagak pasti setiap bulannya," tegas Agus.
Gen Z juga perlu memahami bahwa rezeki tidak hanya dari gaji. Ada yang mendapatkan gaji lebih rendah tapi memiliki waktu luang, kesempatan belajar, dan kesehatan yang baik.
Sebaliknya, ada yang bergaji tinggi tapi menghadapi masalah kesehatan dan hutang.
Untuk Gen Z yang ingin resign, Agus menyarankan untuk memikirkan tiga hal: learning (pembelajaran), earning (penghasilan), dan fun (kesenangan).
Jika sudah memiliki ketiganya, itu hal yang luar biasa. Memiliki dua aspek masih tergolong umum, sementara hanya satu aspek perlu dipertimbangkan kembali.****