Orang Tua Keras Bukan Masalah Toxic Parenting
VIVABandung – Pemahaman tentang toxic parenting sering kali disalah artikan. Banyak yang mengira orang tua yang keras dalam mendidik anak termasuk kategori toxic parenting.
Padahal, menurut penjelasan Ustaz Ajo Bendri sebagai praktisi parenting dari Fatherman, dalam podcast The Sungkars, toxic parenting justru terjadi ketika orang tua tidak mampu melarang hal-hal yang dapat merusak akhirat anaknya.
"Toxic parenting bukan tentang orang tua yang keras tapi orang tua yang tidak bisa melarang sesuatu yang merusak akhiratnya anak," jelas Ustaz Ajo Bendri.
Dalam mendidik anak, Islam mengajarkan konsep keseimbangan. Berbeda dengan pola asuh Tiger Parenting yang sangat keras atau Western Parenting yang terlalu permisif, Islam menerapkan prinsip pertengahan.
Ilustrasi Orang Tua Keras Bukan Masalah Toxic Parenting
Ketegasan orang tua perlu ditunjukkan saat anak melewati batasan. Namun, ketegasan ini berbeda dengan kekerasan.
Pola pengasuhan perlu disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Untuk usia 0-7 tahun, fokus pada tiga hal: pengarahan, pembiasaan, dan keteladanan. Pada rentang usia ini, anak wajar melakukan kesalahan.
"0 sampai 7 tahun itu wajib salah anaknya. Semakin banyak dia salah, semakin banyak kita untuk memberikan informasi yang saleh itu seperti apa," kata Ustaz Ajo Bendri.
Untuk usia 7-14 tahun, pendekatan berubah menjadi dialog dan pembimbingan. Orang tua tidak lagi banyak memberi instruksi, melainkan coaching. Pada usia 12-15 tahun, anak membutuhkan ketegasan dan otoritas dari ayah.
Dalam memberikan konsekuensi atas perilaku anak, perlu ada komunikasi dan kesepakatan. Konsekuensi berbeda dengan hukuman.****