Cara Mendidik Anak Bertanggung Jawab di Era Generasi Z
VIVABandung – Mendidik anak agar bertanggung jawab adalah tantangan besar bagi orang tua, terutama bagi generasi milenial yang menjadi orang tua dari generasi Z.
Generasi Z—lahir antara tahun 1997 hingga 2012—tumbuh di era teknologi canggih, dengan akses informasi yang sangat mudah dan banyaknya alternatif dalam berbagai aspek kehidupan.
Hal ini menciptakan perbedaan signifikan dalam cara mereka memandang tanggung jawab dibandingkan generasi sebelumnya. Generasi Z sering dianggap "lembek" oleh generasi sebelumnya.
Menurut definisi klasik, tanggung jawab adalah kesediaan menerima tugas dan risiko atas perbuatan sendiri. Tetapi bagi generasi Z, tanggung jawab sering kali dipilih secara selektif.
Dalam sebuah Channel Youtube Pengasuhan Pendidikan Sains PPS menyebutkan, “Generasi Z cenderung memilih tanggung jawab yang dirasa relevan dan memberikan manfaat langsung bagi mereka. Mereka sangat mempertimbangkan aspek keseimbangan hidup.”
Ilustrasi Mendidik Anak Bertanggung Jawab di Era Generasi Z
Hal ini terlihat dari kebiasaan mereka untuk menolak tugas yang dianggap tidak penting atau terlalu membebani.
Misalnya, mereka lebih memilih pekerjaan fleksibel dengan waktu yang bisa diatur sendiri dibandingkan pekerjaan tetap dengan jam kerja kaku.
Tantangan terbesar bagi orang tua adalah bagaimana mengarahkan anak agar tetap memiliki tanggung jawab, tanpa harus menentang karakteristik generasi mereka. Orang tua perlu memahami bahwa zaman telah berubah.
Pendidikan formal yang dulu dianggap kunci utama kesuksesan, kini hanya salah satu dari banyak alternatif.
Sebagai contoh, orang tua generasi baby boomers dan generasi X sering menekankan pentingnya pendidikan formal terbaik agar anak mendapatkan pekerjaan stabil di perusahaan besar.
Namun, bagi generasi Z, karir di bidang kreatif seperti content creator atau entrepreneur digital lebih menarik.
Dalam Channel Youtube Pengasuhan Pendidikan Sains PPS Orang tua perlu beradaptasi dengan pola pikir ini. Salah satu caranya adalah dengan membuat komitmen bersama, di mana anak merasa dihargai pendapatnya.
Kolaborasi ini akan membantu anak memahami bahwa tanggung jawab bukanlah beban, melainkan komitmen yang disepakati untuk mencapai tujuan bersama.
Orang tua perlu mengajarkan anak pentingnya kedisiplinan dengan memberi kebebasan untuk berekspresi. Melalui pendekatan dialogis, anak akan memahami pentingnya tanggung jawab dan disiplin tanpa merasa dipaksa.****
