Ketika Kang Dedi Jadi Preman Nagih Uang Keamanan, Bikin Sopir Truk Menangis

Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Istimewa

BANDUNG – Sopir truk ini cuma bisa pasrah saat Dedi Mulyadi meminta uang keamanan karena dirinya parkir tanpa izin di sebuah SPBU.

Jadi Sorotan Usai Kecelakaan, Pihak SMK Lingga Kencana Bantah Gelar Acara Asal-asalan

Sopir truk itu bernama Herman yang mengaku terpaksa istrahat di SPBU karena lahan parkir di gudang sedang penuh. Sementara ia baru kebagian jadwal bongkar muatan pada besok paginya.

"Ini mau kirim popok dari pabrik di Karawang ke gudang di Subang. Istirahat di sini, soalnya kalau di tempat lain belum tentu aman," ujar sopir tersebut kepada Kang Dedi.

Supir Bus Ditetapkan Tersangka Kecelakaan Maut di Ciater Subang, Begini Penjelasan Polisi

Setiap mengantar, sopir tersebut mengaku mendapatkan uang jalan sebesar Rp 700 ribu. Uang tersebut digunakan untuk membeli solar, makan dan ongkos bongkar muatan. Sehingga dalam sekali jalan ia hanya mendapat Rp 100-200 ribu.

Di usianya yang sudah 68 tahun ia tetap melakoni pekerjaannya menjadi sopir dan bahkan harus rele istirahat di SPBU. Sebab sopir tersebut merasa bertanggung jawab pada keluarganya. Terlebih masih ada satu anak yang masih duduk di bangku kelas 2 SD.

Detik-detik Bus Terguling Terekam Live TikTok, Kecelakaan Maut Bus SMK Lingga Kencana

"Sekali jalan paling dapat Rp 100 ribu, paling besar Rp 200 ribu. Sebulan paling jago juga dapat di atas Rp 2 juta," katanya.

Ia mengaku sempat menganggur selama tiga bulan karena SIM-nya mati. Ia baru bisa bekerja setelah membuat SIM baru hasil meminjam uang Rp 1,2 juta ke tetangganya. Utang itu dicicil selama 5-6 bulan tanpa bunga.

Kang Dedi lantas menguji kejujuran sopir dengan berpura-pura mengaku sebagai preman. Sopir tersebut dimintai sejumlah uang sebagai uang keamanan dan parkir selama beristirahat di SPBU.

"Kalau di SPBU ini harus bayar sama saya karena saya yang pegang wilayah sini. Sini bayar atau ban saya kempesin,' tegas Kang Dedi Mulyadi.

Sang sopir pun tampak pasrah dan menunjukkan sisa uangnya tinggal Rp 182 ribu. Nantinya uang untuk bongkar muatan ia akan meminjam ke bosnya dan akan diganti dalam kesempatan lain.

Di tengah obrolan di luar, Kang Dedi Mulyadi tiba-tiba masuk ke dalam truk. Sementara sopir yang tampak kebingungan dan takut hanya bisa pasrah menunggu di luar truk.

Ternyata di dalam truk Kang Dedi memasukkan sejumlah uang ke dalam ke kantong plastik warna merah milik sopir tersebut.

Tak lama sopir itu pun kembali masuk ke dalam truk dan memeriksa barang bawaannya termasuk kantong plastik warna merah miliknya. Ia pun kaget karena di dalam kresek banyak terdapat uang pecahan ratusan ribu yang jumlahnya jutaan.

Sopir itu pun kembali menghampiri Kang Dedi yang masih di area SPBU. Ia menanyakan perihal uang tersebut lantaran bukan miliknya.

"Ini bukan uang saya, Pak. Tadi ada di plastik, saya mau kembalikan ke yang punya," katanya.

Kang Dedi kemudian memintanya untuk menyimpan uang tersebut. Namun permintaan itu ditolak karena sang sopir merasa itu bukan haknya.

"Bapak kan butuh untuk bayar utang SIM. Ya sudah kalau tidak mau titipkan saja ke petugas SPBU," kata Dedi yang langsung diikuti saran tersebut oleh sang sopir.

"Uang saya mah hanya ini Rp 182 ribu," timpal sopir.

Beberapa saat kemudian Kang Dedi barulah menjelaskan bahwa uang tersebut adalah pemberian darinya. Uang tersebut diberikan untuk membayar utang SIM dan keperluan sehari-hari. Seketika sopir itupun langsung menangis dan memeluk Kang Dedi.

"Ini perjuangan seorang bapak umur 68 tahun tengah malam bekerja dan masih punya anak kecil, dan orangnya jujur uang dikembalikan karena bukan haknya. Kejujuran itu ada di orang kecil dan di orang yang butuh," pungkas Kang Dedi Mulyadi.