Ketika 2 Tokoh Politik Dedi Mulyadi dan Fahri Hamzah Duduk Satu Meja
- istimewa
Sebagai politisi, Fahri juga banyak mendengar dan merasakan temannya mengeluh padanya yang kritis. Namun ia berkeyakinan bahwa urusan publik dan objektif tidak bisa diselesaikan dengan ‘pertemanan’. Kang Dedi Mulyadi pun memuji sosok Fahri yang merupakan orang desa namun bisa berkiprah di nasional.
Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari Fahri adalah sosoknya yang gemar membaca, aktif di organisasi dan memiliki keberanian. “Dan saya katakan, yang punya keberanian saat ini adalah orang desa. Karena orang desa itu begitu masuk kota gak tau siapa premannya,” kelakar Kang Dedi yang disambut tawa Fahri Hamzah.
Pada obrolan tersebut Kang Dedi juga berdiskusi pendapat Fahri mengenai isu sistem pemilu tertutup. Bagi Fahri hal tersebut sebuah pemikiran keliru yang seharusnya demokrasi di Indonesia tetap pada sistem pemilihan terbuka.
Menurutnya sistem tertutup hanya akan memunculkan penguasa yang berada di ruang tertutup bernama partai politik. Padahal secara prinsip demokrasi diserahkan kepada rakyat.
"Dalam feodalisme organisasi seperti parpol dan negara yang penting, tapi dalam demokrasi justru manusianya yang penting. Oleh sebab itu keberadaan struktur tidak boleh membelenggu kebebasan orang sebab kekuatan kita itu bersumber dari kreativitas seseorang bukan keserempakan barisan saja," ujar Fahri.
Hal tersebut, kata Fahri, mirip dengan kehidupan beragama khususnya Islam. Di mana dalam agama terpenting adalah hubungan manusia dengan tuhan. "Sekarang ini dalam agama hubungan emosional manusia dengan tuhan hilang karena yang menonjol dalam agama adalah strukturnya," timpal Kang Dedi.
Kang Dedi pun heran mengapa setiap menjelang pemilu akan selalu muncul problem terkait rencana mengubah undang-undang pemilu.