Kisah Asep Si Kades Mohawk asal Sumedang Bikin Kang Dedi Takjub
- Istimewa
Bandung – Belum lama ini Kang Dedi Mulyadi kembali bertemu dengan sosok kepala desa (kades) yang nyentrik dan dicintai warga. Setelah sebelumnya bertemu dengan kades bertato asal Banjarnegara, kini giliran kades mohawk asal Sumedang.
Pria tersebut adalah Asep Sudrajat yang tak lain Kades Cikaramas, Kecamatan Tanjungmedar, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Di balik penampilannya yang sangar dan bertubuh gempal, Asep dikenal warga sebagai sosok yang mengayomi.
"Wah ini kades gagah, kalau di wayang seperti Gatotkaca," ujar Kang Dedi saat pertama kali bertemu dengan Asep.
Asep mengisahkan, sebelum menjadi kades ia banyak melakoni pekerjaan lain. Salah satunya adalah menjadi sopir truk perusahaan obat dengan rute Pantura.
Di tengah kesibukannya sebagai sopir, Asep mengaku senang membantu warga. Masalah yang paling sering diselesaikan adalah memperjuangkan hak warga miskin yang tidak menerima bantuan. Dari situlah orang mulai banyak mengenal sosoknya.
"Mohawk mah dari dulu juga gaya rambut juga sudah seperti ini. Pernah juga pernah, botak sebelah pernah, sekarang pilih gaya begini (mohawk)," katanya.
Asep mengisahkan, sebelum menjadi kades ia banyak melakoni pekerjaan lain. Salah satunya adalah menjadi sopir truk perusahaan obat dengan rute Pantura.
Saat disinggung dirinya bisa terpilih sebagai kades, Asep berseloroh bahwa ia tidak hanya dipilih oleh warga tapi juga makhluk astral.
"Ah gak tahu juga kenapa bisa kepilih, mungkin yang pilih saya manusia sama jin," ujar Asep yang membuat Kang Dedi dan warga yang menonton tertawa.
Selidik punya selidik, rupanya Asep baru terpilih lima bulan lalu karena kades sebelumnya PAW karena kasus perselingkuhan. Akhirnya Asep terpilih oleh para ketua RT dan RW di Desa Cikaramas.
"Kasih-kasih amplop kali akhirnya bisa menang," singgung Kang Dedi.
"Alhamdulillah, Pak, saya tidak ngamplop. Mungkin ya itu tadi pusing mungkin orang pusing pilih yang bener jadi kepilih saya. Kan saya mah bukan hanya dipilih warga tapi jin," ucap Asep yang lagi-lagi membuat ngakak.
Kang Dedi pun kembali memperhatikan penampilan Asep yang unik. Satu yang membuat Kang Dedi tertarik adalah alis Asep yang juga dicukur.
"Nah kalau alis ini waktu pangkas rambut, saya ngantuk. Jadi pas menggunting rambut, saya begini (kepala mengangguk tertidur), jadi alis kepotong," kelakar Asep .
Selain tampil nyentrik dan garang, rupanya di umur kepemimpinannya yang baru lima bulan Asep sudah banyak membuat gebrakan.
Seperti membeli ambulans untuk kebutuhan warga. Menurutnya selama ini desa belum memiliki kendaraan operasional ambulans.
Sementara hampir setiap hari banyak warga yang perlu ke rumah sakit. Sedangkan jarak dari desa ke rumah sakit paling dekat sekitar 18 km.
"Ini jujur-jujuran saya pakai dana BLT DD karena memang sangat butuh dan urgent, jauh dari rumah sakit juga. Dan karena keterbatasan biaya, maka ini beli mobil juga nyabeulah (sebelah), tidak ada BPKB. Saya berani karena ini untuk kepentingan warga, bukan untuk pribadi," ucapnya.
"Harus segera diusulkan itu. Seharusnya satu desa satu ambulans, karena ambulans desa itu penting," timpal Kang Dedi.
Selain ambulans, Asep juga melakukan pendataan ulang pada warga miskin di desa. Sebab selama ini banyak warga yang berhak justru tak mendapat bantuan pemerintah. Sebaliknya, banyak warga yang mampu justru mendapat berbagai bantuan
"Jadi sekarang didata ulang karena dulu tidak sempat dimusyawarahkan, kemudian warga zaman dulu itu susah untuk disuruh bikin KTP dan KK. Sekarang saya dorong itu semua," katanya.
Kang Dedi mengaku senang bisa bertemu dengan Asep. "Asik nih punya kades kaya gini, gak formal. Karena kades itu tidak penting ngantor, yang penting setiap hari dia berkeliling ke rumah warga. Kantor desa mah gak perlu bagus, yang penting rumah warga yang bagus. Jadi tidak perlu harus berpakaian formal," ujarnya.
Terakhir Kang Dedi Mulyadi menguji Asep dengan menanyakan siapa warga desa yang paling miskin dan perlu dibantu. Asep pun menyebut Mak Cicih yang tinggal di bawah pohon kelapa.
Tanpa pikir panjang Kang Dedi pun mengajak Asep untuk menemui Mak Cicih. "Ayo, Pak, kita berangkat. Pakai motor ini, soalnya saya belum punya motor," pungkas Asep yang sehari-hari menggunakan motor operasional desa.