Kesaksian Orang Dalam Soal Pimpinan Mahad Al Zaytun Indramayu Syekh Panji Gumilang

Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang
Sumber :
  • Istimewa

Bandung – Sosok Panji Gumilang masih menjadi  perbincangan publik, hal itu seiring dengan mencuatnya berbagai kontroversi di Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu.

Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Indramayu Panji Gumilang Bebas Murni Hari Ini

Pondok Pesantren Al-Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah diketahui pada saat ibadah Shalat Idul Fitri 1444 H mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.  

Menilik rekam jejak digital Ponpes Al Zaytun pernah tersandung kasus menjadi pusat gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pada 2011 dan sudah diproses 2 kali oleh Mabes Polri.    

Jangan Keliru, Ini Perbedaan antara Takbir Mursal dan Takbir Muqoyyad

Selain itu, pengajaran Ponpes Al Zaytun Indramayu juga bertentangan dengan ajaran Islam membuat banyak yang mempertanyakan mengapa Ponpes Al Zaytun masih berdiri. 

Tim Fakta Viva menelusuri sejumlah orang yang berhubungan dengan Panji Gumilang dan menjawab kecurigaan publik akan dugaan aliran NII KW 9 yang bermuara di Pondok Pesantren Al Zaytun.

Namanya Diseret dalam Kasus Vina Cirebon, Bupati Indramayu Ancam Pidanakan Warganet

Setelah 10 tahun lamanya mengenal sosok Panji Gumilang selaku pimpinan ponpes Al-Zaytun, Tiara Harahap menyinggung soal bagaimana kepribadian dari Panji Gumilang tersebut. 

"Masih sama dari pertama kenal, gak ada perubahan saya lihat, tegas orangnya, aturan, pimpinan kepada bangsa dan negara, nggak neko-neko," ujarnya yang dilansir dari Youtube tvOnenews. 

Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini membantah juga soal tudingan soal adanya ajaran sesat, membentuk NII (Negara Islam Indonesia) hingga membuat pasukan. 

"Saya sepanjang di situ, gak pernah saya lihat ada kasak kusuk orang-orang yang datang untuk membicarakan bentuk Negara Islam Indonesia, membuat tentara, membuat badan intelijen sendiri, tidak ada," ujarnya.

Namun yang ada menurut Kivlan Zen, sosok Panji Gumilang sangat kuat rasa kebangsaannya dan nasionalismenya. 

"Tapi ada berdasarkan bimbingan yang ruh-ruh Islami, biasanya kita Pancasila kan menjalankan agama masing-masing," tuturnya. 

"Bahwa orang dia menyimpang ajarannya, sejauh ini saya tidak melihat karena kalau dia mengucapkan Assalamu Alaikum ya Assalamu Alaikum," sambungnya.

Selain itu, Kivlan Zen menuturkan bahwa dalam ajaran sholat pun juga masih sama dengan syariat Islam. 

Lebih lanjut, soal poin-poin isu yang beredar di masyarakat tentang berkaitan dengan mazhab Bung Karno yang dianut Ponpes Al-Zaytun, dan lanjutan salam Yahudi yang dinyanyikan daam kegiatan keagamaan pun dibantah oleh Kivlan Zen. 

"Kalau ucapan mazhab tentang pelaksanaan ibadah dan cara berpikir keislaman, saya gak mendengar," tuturnya.

"Kalau yang itu (Mazhab Bung Karno) mungkin saja, karena saya lihat dia betul-betul melaksanakan itu, kecintaan bangsa dan tanah air itu,ya cinta kepada Bung karno ditunjukkan," tandasnya. 

Soal Azan nyeleneh Sebuah video yang viral memperlihatkan gaya azan sholat jumat yang berbeda dari biasanya.

Dalam video berdurasi kurang dari satu menit yang diunggah oleh akun Instagram @say.viideo itu memperlihatkan seorang muadzin yang mengumandangkan azan Sholat Jumat lain dari biasanya.  

Dalam video tersebut muadzin yang memakai jas lengkap dengan dasi berwarna biru, sepatu serta peci berwarna hitam nampak seperti jamaah Ponpes Al Zaytun.  

Pada setiap lantunan azan yang dikumandangkan tersebut selalu diikuti dengan gerakan tangan yang berbeda dari biasanya.  

Terlihat juga para santri juga mengikuti lantunan azan tersebut dan disertai dengan shaf sholatyang memiliki jarak antar jamaahnya. 

Tak hanya itu, sang muadzi melantunkan azan dengan menghadap para santri, bukan ke arah kiblat sebagaimana yang dilakukan oleh umat Islam kebanyakan. 

Namun, tidak dijelaskan lebih lengkap soal kapan peristiwa azan "nyeleneh" tersebut. Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zen menjawab soal azan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Zaytun.

"Adzannya berbeda itu, bukan berbedanya yang dikatakan itu ngarang. Dia soalnya mengikuti bagaimana waktu Bilal bin Rabah," ungkap Kivlan Zen. 

"Kan kalau azan kita selama ini kan mendayu-dayu, sementara kalau dia itu tegas," sambungnya.