Dukungan ke Uyghur Bermunculan, Organisasi HUPI dan PD IPA Medan Inisiasi Demo Skala Besar
- Istimewa
VIVA Bandung – Sejumlah organisasi telah menggelar demonstrasi dan aksi damai di Jakarta dan Medan pada tanggal 31 Agustus 2023 kemarin.
Hal itu untuk menyuarakan aspirasi dan memberikan dukungan moral kepada para etnis minoritas Uyghur di Provinsi Xinjiang, China yang diduga kuat mengalami tindakan represif hingga genosida.
Untuk di Jakarta demonstrasi diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Humanity United Project Indonesia (PP HUPI) dengan membawa 200 lebih peserta aksi. Mereka menyampaikan aspirasi di depan kantor kedutaan besar China di Kuningan Jakarta.
Pada saat bersamaan, di Medan juga menggelar aksi di depan Konsulat Jenderal Tiongkok dengan membawa masa mencapai 300 orang dari golongan pelajar pemuda dan masyarakat. Aksi tersebut diinisiasi oleh Ikatan Pelajar Al Wasliyah dan Pimpinan Wilayah Humanity United Project Indonesia (PW HUPI).
Azkan Nur, S.H selaku Koordinator Aksi di Jakarta menyampaikan, lebih dari satu juta orang ditengarai, ditahan dalam kamp konsentrasi dan telah mengalami penyiksaan, sementara itu masyarakat Uyghur terus didiskriminasi dan dipantau aktivitasnya dalam kehidupan sehari-harinya.
"Etnis minoritas benar-benar terancam masa depannya di Tiongkok daratan, mereka dimasukkan dalam Kamp konsentrasi, sementara mental dan moral masyarakat Uyghur sudah melemah karena tindakan represif dan diskriminatif dari pemerintah China," kata Azkan Nur dalam orasinya.
Di Medan, Ketua umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Al Washliyah (PD IPA Medan), Irham Tajhi mengatakan bahwa telah terjadi pelanggaran hukum berat yang harus diusut tuntas oleh masyarakat dunia internasional.
"Di sana perempuan-perempuan disiksa bahkan dicabuli dan juga dipisahkan dari keluarganya dengan upaya genosida yang sangat sistematis, terstruktur dan masif", tutur Irham dengan membara saat berorasi.
Sementara itu, Koordinator aksi Sultonul hafidz mengatakan, rezim penguasa China sedang melakukan propaganda agar masyarakat dunia diam dan mengabaikan kejahatan demi kejahatan kemanusiaan yang telah China lakukan.
"Propaganda yang dilakukan oleh China, akses informasi dan investigasi dunia internasional pun mendapat kendala yang sangat berat untuk menuntaskan masalah ini. Sementara data, fakta dan temuan yang dilaporkan telah cukup kuat disimpulkan bahwasanya ini adalah genosida budaya", ujarnya.
Hafidz berharap agar masyarakat terus berupaya mendorong pemerintah dan mendesak China untuk menghentikan genosida terhadap saudara Muslim Uyghur dan minoritas muslim lainnya yang ada di kawasan wilayah otonom Xinjiang, China.
"Saya harap masyarakat mampu mendorong pemerintah. Dan pemerintah berani bersikap tegas untuk menyuarakan pembelaan saudara kita sesuai dengan amanat undang-undang dan Pancasila" pungkas Hafidz.
Selain itu, Ketua Umum PP HUPI Hasman Simanjuntak membenarkan aksi di beberapa wilayah tersebut.
"Iya benar, berdasarkan pendapat pimpinan dan menindaklanjuti demonstrasi sebelumnya yang belum direspon positif, ungkap Hasman melalui pesan elektronik (2/9/23).
"Kami kembali mengadakan aksi lebih besar dan menyerukan kepada pengurus wilayah maupun masyarakat yang bersimpati untuk turut serta dalam mengangkat dan mengutamakan isu ini karena menyangkut krisis dan kejahatan kemanusiaan, generasi muslim Uyghur ini akan terancam punah jika dibiarkan dan didiamkan," imbuhnya.