Mohammad Hanif Wicaksono, Penyelamat Buah Langka di Kalimantan
- Astr
VIVA Bandung – Mohammad Hanif Wicaksono merupakan pemuda dari Kalimantan Selatan yang gelisah melihat kerusakan lingkungan, pembukaan lahan, penebang liar dan perubahan iklim.
Karena itu, Hanif melakukan perbaikan lingkungan dengan cara menanam benih tanaman buah langka asli Kalimantan di daerah Kalimantan Selatan. Kegiatan produktif tersebut juga disebarkan Hanif lewat akun instagram pribadinya @tunasmeratus.
Melansir dari VIVA Jogja, Hanif memulai menebar benih tanaman buah langka ini saat ia ikut istrinya pulang kampung ke Kalimantan Selatan. Hanif yang berasal dari Jawa, akhirnya menemukan buah Pampakin dan Lahung, yang mirip seperti durian untuk pertama kalinya.
Berbekal ilmu seadanya, Hanif coba melakukan pembibitan secara otodidak. Ketika menemukan buah tertentu, ia pun mengumpulkan bijinya, lalu menanamnya di polybag. Ketika sudah bertunas dan tumbuh baru dipisah datu per satu.
Bibit tanaman buah di Tunas Meratus Nursery didistribusikan ke berbagai pihak. Sebagian dijual ke perusahaan dalam jumlah besar, dan sebagian lagi dibagikan secara gratis dan dipindahkan ke arboretum di Telaga Langsat.
Mohammad Hanif Wicaksono
- Astra
Arboretum ini memiliki luas 2,5 hektar dan ditanami 2.000-an pohon buah. Arboretum ini berfungsi sebagai kebun induk plasma nutfah, sehingga ketersediaan bibit tanaman buah di masa depan dapat terjaga. Area pembibitan Tunas Meratus Nursery di Kandangan, Kalimantan Selatan, memiliki lebih dari 160-an jenis tanaman buah hutan.
Hanif melaksanakan giat pembibitan ini di rumah bekas kediaman almarhum mertuanya, yang terletak di pinggir Jalan Ahmad Yani, sekitar 135 kilometer dari Kota Banjarmasin.
Selain itu, Hanif telah menjelajahi sebagian besar wilayah Pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara, dalam rangka mencari tanaman buah. Ia juga kerap menjelajah wilayah Kabupaten Balangan saat bertugas sebagai penyuluh Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di Kecamatan Halong.
Hanif menemukan lebih dari 100 jenis buah hutan di Desa Marajai, Halong, Kalimantan Selatan. Hal ini mendorongnya untuk mendorong penyelenggaraan festival buah lokal Kalimantan di Marajai.
Selain aktif mengabadikan momen dan membagikan hasil temuan di akun pribadi instagramnya, ia juga membukukannya yang membahas buah-buah khas Kalimantan. Lewat tulisannya dibuku ini, Hanif berharap tulisannya bisa dipahami oleh orang lain.
Menurutnya, buah hutan Kalimantan tidak hanya memiliki nilai pangan, tetapi juga berpotensi sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan. Hanif berpendapat bahwa konservasi tidak hanya sekadar menjaga dan menanam, tetapi juga bagaimana memanfaatkan.
Berkat kegiatannya tersebut, Hanif mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Awards pada tahun 2018 yang diadakan oleh Astra.