RA Kartini dari Tanah Papua

Perjuangan Risna Hasanudin memajukan perempuan di Papua.
Sumber :
  • istimewa

VIVABandung - Raden Ajeng (RA) Kartini merupakan salah satu pahlawan milik Bangsa Indonesia yang memperjuangkan nilai-nilai emansipasi Perempuan. Gagasannya mengenai emansipasi Perempuan, mampu menembus tembok patriarki yang begitu kokoh pada masanya. Terbukti berkat dedikasi dan gagasan RA Kartini, kini Perempuan sudah bukan lagi kasta nomor dua dalam starta sosial kehidupun di Indonesia. 

Kampung Lali Gadget Ciptaan Achmad Irfandi Jadi Inspirasi Edukasi Anak Negeri

Meski RA Kartini sudah meninggal pada 17 September 1904 silam, namun gagasan dan semangatnya untuk memajukan Perempuan Indonesia masih ada. Hal itu terbukti dengan Kembali terlahirnya RA Kartini di berbagai belahan bumi Indonesia. Satu diantaranya adalah Risna Hasanudin, Perempuan asal Maluku yang meneruskan perjuangan RA Kartini di Tanah Papua

Perjuangan Risna Hasanudin memajukan perempuan di Papua.

Photo :
  • istimewa
KREDIBALI: Solusi Pendidikan dan Lingkungan Ala I Gede Andika Wira Teja

Semengat RA Kartini tersebut pertama kali muncul dalam sosok Risna tatkala dirinya menempuh Pendidikan di Universitas Pattimura Maluku. Masuk di Fakultas Pendidikan, diskusi tentang belum majunya Pendidikan di Indonesia tidak bisa dihindarkan dari mata kuliah yang dipelajarinya. Salah satu topik yang memikat ketertarikan seorang Risna adalah belum majunya Pendidikan di Provinsi Papua, terutama Pendidikan bagi kaum wanita. 

Rasa penasaran dan keingintahuan Risna mengenai Pendidikan di Tanah Papua, rupanya semakin hari semakin meningkat. Berbagai usaha pun dilakukan Risna untuk menghilangkan rasa keingintahuannya yang begitu tinggi terhadap Pendidikan Perempuan di Papua. Akhirnya rasa penasaran itu pun terjawab pada tahun 2006. Di tahun itu lah Risna berkesempatan datang ke Papua Barat dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN). 

Eko Cahyono, Pemberantas Buta Huruf bagi Anak Putus Sekolah

Terjun langsung ke Tanah Papua, akhirnya berhasil menghilangkan rasa penasaran Risna. Benar saja, di Tanah yang dijuluki sebagai ‘Bumi Cendrawasih’ tersebut masih banyak ditemukan Perempuan yang putus sekolah karena faktor adat dan tradisi setempat. Di wilayah tersebut, Risna menemukan mayoritas masyarakat masih menganggap jika Perempuan tidak perlu bersekolah tinggi. Alhasil banyak dari mereka yang buta huruf dan aksara. 

Tidak lama setelah KKN dan lulus dari Universitas Pattimura, semangat Risna Hasanudin dalam menanamkan nilai emansipasi Perempuan di Papua terus membara. Berawal dari pengalamnya saat KKN, Wanita muda kelahiran Banda Naira, Maluku itu pun memutuskan untuk Kembali ke Tanah Papua sebagai relawan, tepatnya di Kampung Kobrey yang mayoritas dihuni oleh suku Arfak. 

Bukan tanpa rintangan, memiliki latar belakang sebagai seorang Muslimah yang berhijab, acapkali Risna menjadi korban diskriminasi SARA. Tidak sampai di situ, bahkan Wanita yang kini berusia 26 tahun tersebut pernah mendapatkan pelecehan secara seksual. Mendapat respon yang kurang baik dari oknum warga setempat, Risna pun sempat berpikiran untuk Kembali ke kampung halamannya di Maluku. 

Namun tatkala memutuskan untuk pulang, Risna pun tersadar masih banyak warga setempat yang sayang terhadapnya. Bahkan mereka mengaku tidak ingin ditinggalkan oleh Risna karena masih ingin berlajar bersamanya. Melihat keinginan belajar para Wanita di sana yang cukup tinggi, akhirnya membuat Risna untuk Kembali meluruskan niatnya dalam meneruskan perjuangan RA Kartini. 

Buah pengabdian itu pun akhirnya Risna wujudkan pada September 2014 dengan mendirikan rumah berlajar yang diberi nama ‘Rumah Cerdas Perempuan Arfak Papua Barat’. Tentu tujuan utama dari pendirian rumah berlajar ini adalah untuk mencerdaskan para Wanita suku Arfak. Di sini mereka akan diajarkan mengenai membaca, menulis, menghitung, hingga belajar wirausaha. 

Perempuan Papua (foto ilustrasi).

Photo :
  • pinterest

Seiring berjalannya waktu, siapa sangka antusiasme positif para Perempuan suku Arfak terhadap rumah belajar yang didirikan oleh Risna tiap harinya semakin meningkat. Tidak hanya anak-anak Perempuan, mama-mama (sebutan ibu-ibu di Papua) Suku Arfak pun kini bersemangat untuk berlajar di Rumah Cerdas Perempuan yang didirikan oleh Risna Hasanudin. 

Setelah melewati berbagai tantangan yang sulit, siapa sangka perjuangan Risna Hasanudin untuk memajukan Perempuan Papua mulai membuahkan hasil. Tercatat puluhan hingga ratusan Perempuan Suku Arfak di Kampung Kobrey sudah bisa membaca , menulis hingga mengaplikasikan keterampilan lainnya. Semangat dan perjuangan Rinsa Hasanudin ini dalam memajukan Wanita Papua senada dengan semangat RA Kartini dalam memajukan Perempuan di Tanah Jawa. 

Berkat perjuangannya ini, Risna Hasanudin pun terpilih sebagai salah satu tokoh yang mendapatkan apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada tahun 2015. Apresiasi ini diinisiasi oleh PT Astra International sebagai dukungan untuk anak bangsa yang memiliki dedikasi positif dalam memajukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan adanya apresiasi ini, diharapkan mampu menambah semangat putra-putri Indonesia untuk terus berkarya dalam hal-hal yang positif