Strategi Airlangga Selamatkan Perikanan dan Pertanian di Level Ekspor
“Ini masalah yang sudah lama, semua tuntutan dari Indonesia sebagaimana disampaikan Pak Airlangga, bisa direspon positif oleh Jepang. Regulasi aturan sebagaimana diminta Jepang sudah dilakukan. Makanya, memang butuh lobi ke Jepang lebih insten lagi, Pak Airlangga melakukan peran penting,” ujarnya.
Kang Dedi mengatakan bukan hanya dalam bidang perikanan ekspor strategis ke Jepang. Dalam bidang pertanian, ekspor nanas dan pisang ke Jepang cukup besar. Bahkan, masih terbuka untuk terus dikembangkan.
Hanya saja, kata Dedi, kendala yang dirasakan yaitu terkait ekspor pisang yang saat ini masih dikenakan tarif 10-20 persen relatif sama dengan negara lain di ASEAN. Namun untuk mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk kuota yang diberikan hanya sebanyak 1.000 ton per tahun.
Permintaan Airlangga agar ada tambahan kuota ekspor pisang hingga 4.000 ton per tahun mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk. “Permintaan ini penting, karena peluang ekspor pisang sangat besar. Kalau bisa tambah pembebasan bea masuk kuota maka akan berdampak besar,” katanya.
Jika itu terjadi maka akan memberikan dampak pada usaha pertanian pisang dan nanas yang akan berkembang dengan pesat. Hingga akhirnya akan juga berdampak pada terbukanya lapangan kerja baru dan nilai tambah ke petani.