Aremania: Tragedi Kanjuruhan adalah Pembantaian Manusia!
- Foto AP/Yudha Prabowo
Tim medis yang disediakan saat itu tidak cukup untuk merawat ratusan Aremania. Beberapa jurnalis bahkan juga ikut melakukan pertolongan. Sebagian besar sesak napas karena gas air mata dan sebagian luka-luka karena terinjak-injak. Dari 125 sekitar 30 suporter meninggal di Kanjuruhan, dan sisanya meninggal di rumah sakit.
Pandangan mata kami, jenazah Aremania saat itu berada di sudut-sudut lobby stadion. Dimulai di pintu masuk VIP sebelah selatan, di pintu tengah VIP, di depan ruang ganti pemain, musala, ruang kesehatan bahkan ada pula di lapangan sepak bola. Kondisinya, mereka ditutup dengan alat seadanya, banner, kain, kardus atau sebagainya.
"Gimana bukan pembantaian, gas air mata ditembakkan, tapi pintu ditutup. Banyak orang mati di sana. Advokasi kita siapkan bersama yang lain juga. Kita bersama-sama mencari keadilan seadil-adilnya," tegas Ambon Fanda.
Aremania kini sedang membentuk tim advokasi untuk mengusut tuntas kasus ini. Aremania menuntut polisi profesional dan segera menetapkan tersangka atas kematian ratusan Aremania. Sebagai simbol perlawanan mereka mengibarkan bendera setengah tiang selama 7 hari di sudut-sudut Malang.
"Bersama-sama dengan yang lain. Kita akan mencari keadilan seadil-adilnya. Setelah malam ini, selanjutnya akan kita lakukan (nyala lilin) selama 7 hari sembari menunggu proses hukum yang berjalan. Bendera setengah tiang juga kita lakukan bersama sama. Bendera Arema ataupun bendera Indonesia, apapun itu semua kita naikkan selama 7 hari," tuturnya.