Situs UGM Yogyakarta Diretas, Jual Beli Konten 'Skandal' Mahasiswa

Ilustrasi hacker
Sumber :
  • Pixabay

BANDUNG – Sejumlah situs resmi milik Universitas Gadjah Mada (UGM) diretas oleh hacker, Senin, 24 Oktober 2022. Peretasan terjadi pada situs Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Departemen Arkeologi, dan Museum UGM.

WhatsApp Kena Retas: Ini Bahaya yang Mengintai Data Anda

Pada situs resmi UGM, peretas menuliskan jual beli konten seksual di sebuah forum. Konten seksual itu disebut melibatkan mahasiswa.

Rektor UGM Ova Emilia mengaku akan melakukan pengecekan terlebih dahulu soal kebenaran hal itu.

Bung Towel Tanggapi Hacker yang Sebar Data Pribadinya: Tindakan Norak!

"Kita cek dulu. Kita tidak bisa mengatakan itu suatu hal yang betul, valid, jadi mungkin kita akan verifikasi dan bagaimana. Karena sesuatu itu memang perlu kita cek dulu keabsahannya," kata Ova kepada wartawan di Balairung UGM, Senin, 24 Oktober 2022.

Dijelaskan Ova, percobaan peretasan pada situs UGM memang hampir setiap hari terjadi. Bahkan dari laporan Direktorat Sistem dan Sumber Daya Informasi (DSSDI), jumlahnya mencapai ribuan kali per hari.

Bung Towel Ambil Langkah Tegas Usai Jadi Korban Serangan Hacker

Hal ini menurut Ova menjadi bahan koreksi internal di UGM. Terlebih kecanggihan hacker setiap hari semakin bertambah.

Oleh karena itu diperlukan antisipasi sejak awal agar situs-situs UGM aman dari hacker. Utamanya pada era digitalisasi seperti saat ini.

"Jadi saya kira itu bukan sesuatu hal yang sangat spesial, tapi itu memang merupakan hal yang harus kita hadapi di era digitalisasi seperti ini," ungkap mantan Dekan FKKMK UGM itu.

Terkait peretasan situs yang menjual konten pornografi mahasiswa, Ova menyebut akan tetap melindungi mahasiswa UGM dari upaya kejahatan seksual. Apalagi pihaknya sudah memiliki payung hukum berupa Surat Keterangan (SK) khusus dan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS).

"Pasti. Karena kami juga sudah mempunyai aturan SK khusus, kemudian Satgas juga untuk hal tersebut, SOP yang sudah in place dan itu diaplikasikan sampai ke level fakultas. Jadi saya kira itu merupakan concern dari universitas," pungkasnya.