Selain Arema, Suporter Ricuh ke Lapangan Sempat Terjadi di Sidoarjo

Kerusuhan Arema FC dan Persebaya
Sumber :
  • VIVA

BANDUNG - Selain dalam laga derby Arema FC kontra Persebaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu, aksi merangseknya suporter ke dalam lapangan juga sempat ditemui dalam laga ke sembilan Liga 1 2022-2023, antara Persebaya Surabaya melawan Rans Nusantara

Paul Munster Ungkap Tekad Kuad Persebaya Surabya Untuk Taklukan Persib Bandung

Seperti diketahui, sekitar dua minggu sebelum kejadian itu, aksi kericuhan serupa sempat terjadi di laga pekan ke sembilan Liga 1 2022-2023. Tepatnya di Sidoarjo, ketika Persebaya Surabaya melawan Rans Nusantara pada 15 September 2022 lalu. Saat itu, Persebaya kalah tipis 1-2 dari Rans.  Namun dalam kericuhan itu tak ditemukan korban jiwa.

Meski dalam kedua laga itu ditemukan kericuhan yang sama, dengan merangseknya suporter ke lapangan. Namun ada sejumlah fakta menarik dalam perbandingan kericuhan Sidoarjo dan Kanjuruhan dari sisi pengamat Sepakbola tanah air, Gita Suwondo.

Prediksi Persib Bandung vs Persebaya Surabaya Liga 1 dan Head To Head

Pertama, kericuhan di Stadion Kanjuruhan, menurutnya, diawali dari aksi permintaan maaf pemain Arema karena kekalahannya dari Persebaya. Sehingga memicu aksi Aremania untuk memasuki lapangan dan akhirnya memicu pertikaian dengan aparat polisi dan TNI.

Sementara dalam kericuhan di Siduarjo, meski Persebaya mengalami kekalahan 1-2 dari Rans. Namun para pemain Persebaya langsung masuk ke kamar ganti dan tidak melakukan aksi minta maaf menghadap ke penonton.

Pengakuan Jujur Bojan Hodak Jelang Duel Persib Bandung vs Persebaya Surabaya

"Dalam tragedi Kanjuruhan, kabarnya kan diawali dengan pemain Arema yang meminta maaf dengan hasil pertandingan.  Dan itu  tidak dilakukan pemain Persebaya Surabaya sebelumnya, saat penonton di Siduarjo masuk ke lapangan," ungkap Gita dalam poadcast di akun youtube Pengamat Sepakbola TV

Disinilah  bermula salah kaprah suporter, karena permintaan maaf itu tak bisa dari jauh, sehingga menurut Gita, mereka (Aremania) harus mendekati pemain. Sehingga satu hingga dua pemain yang masuk ke lapangan malah memicu suporter lainnya untuk mengikuti hal serupa.

"Bahkan kalau menurut rekan wanitanya Adilson Maringa, ada pemukulan terhadap Maringa sendiri," ucap Gita.

Hal itu menurutnya yang kemudian direspon kepolisian dengan tindakan yang kurang tepat. Dimana mereka melempar tembakan gas air mata ke tribun barat. Sementara para penonton masih tertahan di area itu. Sehingga akhirnya menimbulkan korban jiwa, karena sesak nafas, berdesak-desakan, dan terinjak-injak.

Insiden Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Arema FC vs Persebaya

Photo :
  • VIVA

Selanjutnya yakni dalam persoalan merespon para suporter yang berdatangan ke lapangan. Dalam laga Persebaya kontra Rans sebelumnya, mereka yang merangsek ke lapangan tak direspon berlebihan sehingga tak menimbulkan korban jiwa.

"Yang miris dalam perbandingan dua kericuhan itu yakni korban jiwa yang begitu banyaknya. Dalam kerusuhan suporter di Siduarjo penanganannya kan berbeda. Mereka mengamuk dan cenderung dibiarkan polisi sehingga tak menelan korban seperti di Kanjuruhan," lanjutnya.

Sehingga kedepannya, permasalahan pengendalian massa (crowd control) harus jadi perbaikan di persepakbolaan Indonesia. Dimana pihak kepolisian kedepannya difungsikan sebagai pihak pengamanan di luar lapangan. Seperti di negara-negara yang sepakbolanya maju.  Untuk pengamanan di dalam lapangan serahkan kepada petugas khusus (steward).

"Di luar negeri steward itu harus disewa dari vendor. yang bertugas memantau penonton membelakangi lapangan, mereka mempunyai kemampuan bela diri. Dan di kita belum ada seperti ini," pungkasnya. (hru)