Menyaksikan Perjalanan Tiga Kera Muda, Kingdom of the Planet of the Apes Cocok untuk Nonton Bareng
- pinterest.com
Bandung, VIVA – Kingdom of the Planet of the Apes merupakan sekuel terbaru dari franchise Planet of the Apes yang telah lama dinanti penggemar. Disutradarai oleh Wes Ball dan ditulis oleh Josh Friedman film ini mengambil latar waktu 300 tahun setelah peristiwa War for the Planet of the Apes (2017). Cerita dimulai di dunia yang telah berubah drastis di mana kekuasaan manusia telah berkurang akibat virus yang membuat mereka kehilangan kemampuan berpikir dan berbicara.
Film ini mengikuti perjalanan tiga kera muda yaitu Noa (Owen Teague) Anaya (Travis Jeffrey) dan Soona (Lydia Peckham) dari Klan Elang. Mereka menjalani ritual untuk mendapatkan telur elang sebagai simbol kedewasaan. Namun petualangan mereka terganggu ketika Mae (Freya Allan) seorang manusia yang masih memiliki kecerdasan muncul dan menyebabkan kerusuhan.
Salah satu kekuatan utama film ini adalah eksplorasi tema-tema yang mendalam dan relevan. Perjuangan untuk hidup berdampingan antara manusia dan kera menjadi fokus utama cerita. Selain itu film juga menyentuh isu-isu seperti kekerasan perdamaian dan dilema moral dalam menghadapi ancaman.
Dari segi visual Kingdom of the Planet of the Apes tidak mengecewakan. Efek khusus yang digunakan untuk menghidupkan karakter kera terlihat sangat realistis dan meyakinkan. Landscape dunia pasca-apokaliptik yang ditampilkan memberikan latar yang mengesankan dan mendukung atmosfer cerita. Koreografi adegan aksi juga dieksekusi dengan baik memberikan ketegangan dan dinamika yang diperlukan.
Akting para pemeran patut diapresiasi. Owen Teague sebagai Noa berhasil menampilkan kompleksitas emosi karakternya. Freya Allan memberikan penampilan yang meyakinkan sebagai Mae menggambarkan kerentanan sekaligus kekuatan karakternya. Kevin Durand sebagai Proximus Caesar juga layak mendapat pujian atas penampilannya yang mengesankan sebagai antagonis utama.
Meskipun demikian film ini tidak luput dari beberapa kelemahan. Alur cerita terkadang terasa agak lambat terutama di bagian tengah. Beberapa subplot juga terasa kurang dikembangkan dengan baik yang mungkin disebabkan oleh keterbatasan waktu. Selain itu beberapa karakter pendukung terasa kurang mendapat ruang untuk berkembang.