TBC Mengintai Masyarakat Miskin di Indonesia Akibat Perubahan Iklim

Animasi Perubahan Iklim Google Doodle
Sumber :
  • indonesia.un.org

BANDUNG – Perubahan iklim meningkatkan berbagai infeksi di negara miskin hingga menengah lantaran adanya resesi global di tahun 2023. Indonesia sendiri termasuk di dalam negara berpenghasilan menengah yang diprediksi akan meningkat jumlah kasus tuberculosis (TBC).

Hal itu diungkap oleh direktur eksekutif dana kesehatan terbesar dunia di Davos, pada awal pekan ini. Infeksi yang paling disorot dengan adanya perubahan iklim adalah malaria, dengan kondisi nyamuk yang semakin tinggi di berbagai daerah. Mirisnya, penyakit ini diikuti dengan kian bencana alam yang melanda.

"Lonjakan besar dalam infeksi malaria mengikuti banjir baru-baru ini di Pakistan dan angin topan di Mozambik pada tahun 2021," kata Peter Sands, direktur eksekutif Global Fund untuk memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria," dikutip laman Channel News Asia.

"Setiap kali Anda mengalami peristiwa cuaca ekstrem, cukup umum terjadi lonjakan malaria," katanya lagi pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos.

Meningkatnya bencana diiringi oleh cuaca ekstrem, dan genangan air besar yang dihasilkan yang menarik nyamuk, membuat populasi yang lebih miskin rentan pada penyakit malaria serta infeksi lainnya. Dia mengatakan, perubahan iklim juga mengubah geografi nyamuk.

"Dataran tinggi Afrika, di Kenya dan Ethiopia, kini dilanda malaria karena pergeseran suhu rendah yang pernah membuat daerah itu tidak berkelanjutan bagi nyamuk," katanya.

Sands mengelola dana global terbesar di dunia, yang berinvestasi dalam memerangi tuberkulosis, malaria, dan HIV/AIDS di beberapa negara termiskin di dunia. Dana tersebut, yang menargetkan mengumpulkan US$18 miliar, sejauh ini telah mengumpulkan US$15,7 miliar, jumlah uang terbesar yang pernah terkumpul dalam kesehatan global.