TBC Mengintai Masyarakat Miskin di Indonesia Akibat Perubahan Iklim
- indonesia.un.org
Bagian dari kekurangan, katanya, adalah lonjakan satu miliar dolar dari fluktuasi mata uang yang memengaruhi sumbangan. Ke depan, perubahan iklim hanyalah salah satu faktor yang dapat menghambat upaya pemberantasan penyakit, kata Sands.
Bukan hanya malaria, infeksi lain yang semakin menjadi-jadi pada negara miskin adalah HIV/AIDS yang kian melonjak. Belum lagi, penyakit menular dari bakteri tuberkulosis yang mengintai masyarakat miskin di Indonesia.
"Perang di Ukraina telah menyebabkan memburuknya AIDS dan tuberkulosis. Di negara berpenghasilan menengah seperti India, Pakistan dan Indonesia, kasus tuberkulosis di kalangan penduduk termiskin juga meningkat," sambungnya.
Dengan meningkatnya kekhawatiran akan resesi global, Sands mengatakan negara-negara itu akan mendapat tekanan yang meningkat.
"Saya pikir perhatian besar dari sudut pandang kami adalah apa yang terjadi pada anggaran kesehatan di sekitar 120 negara yang kami investasikan. Dan bahkan dalam anggaran kesehatan itu, berapa banyak telah diambil dari pandemi COVID?," ujarnya.
Ada pun, Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu penyakit menular penyebab kematian terbesar di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada lebih dari 900 ribu orang hidup dengan TBC namun tak mengenali kondisinya lantaran enggan memeriksa ke dokter maupun mengabaikan gejala yang ada.
Indonesia berada di urutan ke 3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845 ribu penderita TBC di Indonesia. Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani. Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah.