Hati-hati! 2 Organ Vital Ini Bisa Rusak Parah Akibat Tekanan Darah Tinggi
- Times of India
Bandung, VIVA – Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang sangat berbahaya. Penyakit ini sering disebut sebagai "pembunuh senyap" karena banyak penderita yang tidak merasakan gejala apa pun.
Padahal, hipertensi dapat merusak organ-organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal secara perlahan.
”Hipertensi dapat menyebabkan seseorang kehilangan kesadaran tanpa adanya keluhan sebelumnya. Hipertensi disebut sebagai silent killer sehingga pasien atau siapapun yang mengalami hipertensi bisa tiba-tiba pingsan dan kemungkinan itu suatu stroke. Disebut sillent killer karena tidak merasakan apapun saat tekanan darah tinggi. Pada sangat tinggi menyebabkan stroke,” kata Spesialis Penyakit Dalam Konseling Ginjal dan Hipertensi, dr. Dina Nilasari, Ph.D, Sp.PD,KGH dalam tayangan Hidup Sehat tvOne, Rabu 22 Mei 2024.
Menurut dr. Dina Nilasari, Spesialis Penyakit Dalam, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi serius, bahkan kematian.
“Risikonya bisa komplikasi. Kalau di mata jadinya penglihatan pasien menurun. Atau akan terlihat adanya bercak kemerahan, perdarahan di area mata,” kata dia.
Salah satu komplikasi yang paling ditakutkan adalah stroke. Stroke terjadi ketika pasokan darah ke otak terputus, sehingga sel-sel otak mati.
Gejala stroke bisa berupa kelemahan pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, atau kehilangan kesadaran.
“Semua berisiko terserang, yang mana yang fatal tentunya otak dan jantung. Gejala yang terjadi pada otak kelemahan di sisi sebelah tubuh atau tiba-tiba tidak sadar atau vertigo itu bisa saja menjadi tanda adanya stroke,” jelasnya.
Sayangnya, hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala di awal. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, baik di rumah maupun di fasilitas kesehatan.
dr. Dina menyarankan agar masyarakat memiliki alat pengukur tekanan darah di rumah dan melakukan pemeriksaan secara mandiri.
“Tidak bisa tau tanpa dilakukan pemeriksaan sehingga masyarakat diimbau memeriksakan sendiri tekanan darah di rumah atau home blood pressure monitoring. Jadi memang screening diperlukan dan tidak ada angka patokan, misalnya dokter katakan hipertensi di atas 140-150. Sekarang 130-140 sudah dianggap tinggi itu sudah harus memodifikasi faktor risiko dan ubah gaya hidup,” pungkasnya.