Inovasi Alkes Farmasi Dalam Negeri Secara Mandiri Terus Berdikari
- istimewa
BANDUNG - Kolaborasi menjadi salah satu kunci penting untuk menyukseskan pengembangan vaksin dalam negeri. Penekanan ini penting untuk mempercepat Bio Farma dalam kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Hal ini dipaparkan Direktur Transformasi dan Digital Bio Farma Soleh Ayubi ketika mengisi acara Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan bertajuk “Progressing Step to Achieve National Resilience in Pharma and Medical Devices” di Hotel Courtryard by Marriott Bali, Nusa Dua Resort.
Terkait kemandirian penyediaan farmasi dan alkes khususnya vaksin, Soleh menyatakan, vaksin memiliki waktu product development atau pengembangan produk yang mahal. Sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pengembangannya. "Dibutuhkan kolaborasi bukan hanya dari Nasional tetapi Internasional dan butuh dukungan semua pihak baik dari pemerintah, regulasi, dan akademisi," kata Soleh dalam keterangannya, Sabtu 27 Agustus 2022.
Dia mencontohkan, konsep laboratorium di Kendall Square yang menjadi pusat penelitian Harvard University dan Massachusetts Institute of Technology (MIT). Di sana, semua terkonsolidasi dengan baik perusahaan yang sudah bekerja sama untuk pengembangan produk, salah satunya Pfizer, GSK dan Moderna. Ia pun berharap di Indonesia punya konsep seperti itu untuk mempercepat kemandirian sediaan farmasi dan alkes.
Dalam lingkup tanah air, holding BUMN farmasi upstream dan pengembangan produknya sudah mulai melakukan investasi. Yaitu dengan membangun perusahaan rintisan dan bekerja sama dengan berbagai universitas untuk percepatan farmasi dan alkes. Salah satunya Bio Saliva, yang merupakan kerja sama Bio Farma dengan perusahaan rintisan bioteknologi Nusantics.