Penjelasan Dokter Soal Gejala HIV Aids Mirip Flu
- Pixabay
BANDUNG – Salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang masih mengintai masyarakat Indonesia adalah HIV/AIDS dengan kasus baru yang terus bertambah. Terlebih, adanya pandemi COVID-19 selama beberapa tahun belakangan membuat pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS lebih redup sehingga banyak pasien yang akhirnya tak terdeteksi.
Penyebab utama tak terdeteksinya HIV/AIDS karena minim gejala yang timbul di awal-awal terinfeksi.
Pasien pun banyak yang tak mengenali gejalanya karena tidak khas atau serupa dengan tanda penyakit lain. Benarkah gejalanya mirip flu biasa?
"Gejala awal nggak kelihatan sakit (flu). Kelihatan (gejala) baru saat AIDS. Orangnya tampak sakit. Ini yang menyulitkan pada masa jendela atau masa tanpa gejala, pemeriksaan lab belum bisa ditemukan virus tapi orang ini mampu menularkan," ujar Dokter spesialis kulit kelamin, dr Santoso Edi Budiono SpKK, dalam acara Kementerian Kesehatan, Selasa 29 November 2022.
Di satu sisi, pasien yang belum terdeteksi positif HIV/AIDS namun sudah mengembangkan virus sehingga rentan menulari saat melakukan hubungan seksual. Dokter Santoso mewanti-wanti bahaya hal ini sehingga pentingnya gaya hidup baik mulai dari setia pada pasangan hingga menghindari seks bebas dapat membantu mencegah penularan HIV/AIDS, serta pendidikan seks sejak dini pada anak.
"Ini yang bahaya, Orang tampak sehat, di laboratorium hasilnya negatif tapi mampu menularkan penyakit. Sebaiknya kita melakukan menyebarkan informasi di tingkat keluarga agar ibu jadi center of excellent agar tularkan pengetahuan sejak dini, pendidkan seks sejak dini, bukan saat dewasa," katanya.
Kemenkes melakukan upaya penanggulangan HIV-AIDS dengan menempuh jalur cepat 95-95-95. Artinya mencapai target indikator 95 persen estimasi Orang Dengan HIV (ODHIV) diketahui status HIV-nya, 95 persen ODHIV diobati dan 95 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi virus.
Namun, menurut data tahun 2018-2022, capaian target tersebut khususnya pada perempuan, anak dan remaja masih belum optimal. Sebab, baru 79 persen Orang Dengan HIV (ODHIV) mengetahui status HIV-nya, baru 41 persen ODHIV yang diobati dan 16 persen ODHIV yang diobati mengalami supresi.
"Semua pekerjaan ini gak bisa dikerjakan oleh jajaran kesehatan aja tapi sama-sama para pemangku lain," katanya.(dra)