Waspada! Kasus Gagal Ginjal Akut Ditemukan Lagi di Indonesia, Ini Gejalanya Menurut Kemenkes
- VIVA.co.id
VIVA Bandung – Kementerian Kesehatan RI menginformasikan bahwa kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) muncul lagi di Indonesia.
Kemenkes menemukan dua kasus baru GGAPA ada di DKI Jakarta, yakni di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Satu pasien di antaranya masih menjalani perawatan. Sedangkan satunya lagi sudah meninggal dunia.
Jubir Kemenkes dr Syahril menjelaskan, pada kasus yang meninggal, pasien adalah seorang balita berusia 1 tahun yang mengalami gejala pada 25 Januari 2023 lalu. Dia diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek. Namun pasien tidak kunjung pulih sampai mengalami anuria atau tidak bisa buang air kecil.
"Penambahan kasus tercatat pada tahun ini, satu kasus konfirmasi GGAPA dan satu kasus suspek," kata dr Syahril, Selasa (07/02/2023).
Sementara itu, beberapa waktu lalu Plt Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, dr Yanti Herman menjelaskan, anak-anak yang menderita gangguan ginjal akut biasanya mengalami pengurangan jumlah air kencing, bahkan pada beberapa kasus tidak kencing sama sekali.
dr Yanti menyebut, tidak semua pasien mengalami gangguan ginjal akut mendapatkan gejala demam.
"Yang paling khas adalah penurunan jumlah air kencingnya atau buang air kecilnya yang kita kenal dengan oliguria atau sama sekali tidak ada urinenya atau yang kita kenal dengan anuria," ungkapnya.
Dengan begitu, dr Yanti meminta kepada para orang tua untuk melihat warna dan jumlah urine anak-anaknya saat di rumah. Jika terjadi pengurangan urine, bahkan tidak kencing sama sekali, orang tua diharapkan untuk segera berkonsultasi ke pihak medis.
"Yang paling penting adalah memantau warna dan jumlah urine di rumah. Jika urine berkurang yaitu urine dikatakan berkurang jika jumlahnya kurang dari 0,5 ml per kg berat badan per jam dalam 6-12 jam atau bahkan tidak ada urine sama sekali anuria selama 6-8 jam saat siang hari maka pasien segera dirujuk di rumah sakit," pungkasnya.