Begini Cara Pencegahan Obesitas pada Anak

Bayi obesitas, Kenz
Sumber :
  • VIVA/Rahmat Fatahillah Ilham

VIVA Bandung – Studi yang dilakukan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menemukan, kasus obesitas pada anak dan remaja meningkat dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Kementerian Kesehatan RI juga mengungkapkan kekhawatiran mengenai peningkatan kasus obesitas anak akibat pandemi.

Cagub Jabar Dedi Mulyadi Nyoblos di Purwakarta Bareng Anak, Target Menang 80 Persen

Sebagian besar kasus obesitas pada anak disebabkan oleh faktor eksogen (dari luar). Termasuk dengan minim gerak akibat larangan untuk berbaur dan keluar rumah selama dua tahun terakhir sehingga anak tak lagi terbiasa banyak beraktivitas.

"Penyebabnya, makan berlebihan dan kurang aktivitas fisik," ujar Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, dr. Frida Soesanti Sp.A(K), dalam keterangannya, dikutip Jumat 10 Maret 2023.

Smartwatch Redmi Watch 5 Lite Hadirkan Kemudahan Komunikasi dan Pelacakan Kesehatan

Menurut dokter Frida, inilah yang terjadi selama pandemi. Aktivitas anak terbatas di rumah saja. Untuk mengatasi rasa bosan pada anak, tak jarang orangtua berusaha menyenangkan anak dengan membelikan makanan tinggi kalori, ataupun minuman manis. 

"Sementara itu, sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan gawai. Akhirnya kalori yang masuk melebihi kalori yang keluar," imbuhnya. 

Cagub Jabar Dedi Mulyadi Bantu Sekuriti yang Bayinya Ditahan Rumah Sakit

Alhasil, perlahan tapi pasti anak pun menggemuk. Meski pandemi sudah mulai terkendali, sayangnya kebiasaan makan yang kurang baik serta minimnya aktivitas fisik selama pandemi, telanjur terbentuk. Butuh keseriusan dari orangtua untuk mengembalikan pola makan anak menjadi lebih sehat, serta mendorong mereka untuk lebih aktif.

"Perbaikan pola makan tidak ada gunanya tanpa aktivitas fisik. Tidak perlu ambisius dengan olahraga khusus. Ajak anak bergerak selama 30 menit sudah cukup. Ketika endurance sudah baik, baru ditambah intensitasnya," pungkas dr. Frida

Momen Makan Dibuat Menyenangkan

Tantangan terbesar menerapkan pola makan sehat dimulai sejak bayi mendapat MPASI di usia 6 bulan. Maka dari itu, cegah obesitas dengan memperbaiki pola makan anak, termasuk saat mulai MPASI.

"Di usia ini sampai 2,5 tahun, biasanya muncul gerakan tutup mulut, menolak makan, ataupun picky eating. Biasanya juga terjadi emotional feeding complex, di mana anak menunjukkan ketidaksukaan terhadap makanan yang diberikan ibunya atau pengasuhnya," ungkap psikolog Irma Gustiani, M.Psi, Psikolog, PGCertPT. 

Atau, bisa juga ada masalah psikologis lain. Lantas, bagaimana solusinya? 

1. Porsi Kecil

"Pertama, pastikan memberikan makanan anak dalam porsi kecil sehingga secara psikologis, anak bisa melihat bahwa makanan itu sebetulnya cukup buat dia. Jadi, tidak perlu terlalu banyak," terang Irma. 

2. Tampilan Menarik

Kedua, buat tampilan makan menarik, sehingga si Kecil tertarik secara visual. Misalnya dengan plating semenarik mungkin, dan peralatan makan yang lucu

3. Dukung Suasana Makan

Selanjutnya yang tidak kalah penting, ibu ataupun ayah yang mengasuh, perlu bersabar dan menjaga suasana hati selama kegiatan makan agar tidak berkonflik dengan anak.

"Kegiatan makan di usia ini adalah masa yang krusial bagi anak. Secara psikologis, anak butuh kondisi aman dan mendukung supaya bisa menikmati kegiatan makan," ucap Irma.

4. Edukasi Anak

Anak sudah bisa mulai diedukasi mengenai bahan baku makanan sejak dini. Tentu, disesuaikan dengan usia dan kemampuannya. Pada anak yang masih kecil, ibu bisa memperlihatkan bentuk dan warna sayur dan buah yang akan dikonsumsi. Hal ini juga menjadi stimulasi yang sangat baik bagi si kecil untuk mulai mengenal warna, bentuk, ukuran, dan tekstur. Di usia 3 tahun, edukasi bisa lebih kompleks.

"Anak sudah bisa diajak ikut serta kegiatan masak, mencuci sayur, memisahkan bahan makanan, dan aktivitas lain yang berhubungan dengan aktivitas keterampilan motorik," papar Irma.

Hal ini bisa dilakukan sambil mengobrol dengan si kecil mengenai menu, makanan yang dimasak, dan seperti apa rasanya. Biasakan pula untuk sebisa mungkin makan bersama. Selama kegiatan makan, jauhkan anak dari distraksi seperti televisi, gawai, maupun hal-hal lain yang akan menghambat si kecil dalam proses kegiatan makan.

Irma juga mengingatkan pentingnya orangtua mengetahui makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada anak.

"Misalnya makanan yang memicu alergi pada anak, atau makanan yang belum cocok diberikan ke anak. Perlu konsultasi ke dokter anak atau ahli gizi untuk mendapat informasi lengkap tentang pola hidup sehat yang tepat pada anak karena setiap anak berbeda," pungkasnya.