Diabetes Bisa Dikontrol Tanpa Obat, Begini Kata Dokter
- Pixabay
BANDUNG – Gaya hidup buruk menjadi pemicu utama munculnya serangan diabetes, bahkan kini mulai merambat ke usia muda. Sayangnya, banyak yang tak memahami bahwa kondisi tubuh tengah mengidap diabetes sehingga berakibat pada komplikasi yang membahayakan kondisi kesehatan jangka panjang.
Orang dengan diabetes memiliki risiko komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, arteri perifer, retinopati diabetik, nefropati diabetik dan neuropati. Meski diabetes adalah penyakit kronis yang belum bisa disembuhkan, namun kondisi ini dapat dikontrol, bahkan tanpa harus konsumsi obat.
"Diabetes itu penyakit kronis. Tidak bisa sembuh namun bisa dikontrol baik, bahkan tanpa obat bila kita melakukan perubahan gaya hidup," ujar dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Fatimah Eliana Taufik, Sp.PD, K-EMD, FINASIM, dalam acara World Diabetes Day 2022 bersama Diabetasol, Kamis 10 November 2022.
Penyandang diabetes di Indonesia hingga kini terus meningkat, bahkan pada tahun ini penyakit yang tidak bisa disembuhkan ini berada di urutan kelima terbanyak di dunia menurut International Diabetes Federation (IDF). Data statistik menunjukan bahwa 1 dari 11 orang dewasa di Indonesia rentang usia 20-79 tahun merupakan penyandang diabetes dan terus diprediksi meningkat.
"90 persen gaya hidup kurang sehat, kurang olahraga. Ada juga faktor lain misal lingkungan, polusi, bisa pengaruhi diabetes walau perannya kecil. Genetik, infeksi, obat-obatan, masih banyak lagi penyebab diabetes," jelasnya.
Gula darah terkontrol adalah kunci bagi diabetesi agar tetap dapat beraktivitas lancar. Dokter Fatimah juga menyebutkan meskipun gula darah sudah terkontrol, bukan berarti diabetesi sudah terhindar dari diabetes dan komplikasinya.
"Diabetes itu tidak bisa disembuhkan tapi dicegah dan jika sudah terdiagnosis harus dijaga supaya tidak memburuk ataupun terjadi komplikasi. Maka mengontrol dan menjaga gula darah tetap normal adalah hal wajib bagi seluruh diabetesi, selain memperhatikan juga gaya hidup. Pahami gejalanya supaya bisa terdiagnosis sejak awal,” ujar dokter Fatimah.