Gen Z Menolak Kerja Kantoran Orang Tua Masih Bisa Kasih Makan

Ilustrasi Gen Z Malas Bekerja
Sumber :
  • Pinterest

VIVABandung – Fenomena penolakan generasi Z terhadap pekerjaan kantoran konvensional mulai menjadi sorotan di dunia kerja Indonesia.

Lulusan S1 Gen Z di Umur 19 Tahun Ini Ungkap Rahasia Sukses di Dunia Kerja

Berbeda dengan generasi sebelumnya, Gen Z memiliki privilege dan pilihan yang lebih beragam dalam mencari penghasilan.

Kondisi ini menciptakan situasi di mana Gen Z tidak terlalu terdesak untuk segera mencari pekerjaan.

Anak Sering Dapat Ucapan Pemalas dari Orangtua Ini Dampak Buruknya

"Banyak anak Gen Z zaman sekarang yang kalau tidak kerja masih bisa makan di rumah orang tua. Orang tuanya masih bekerja, masih bisa memberikan. Kalau cuman sekedar makan, duitnya memang tidak banyak tapi tidak sampai tidak makan," ungkap Dosen Praktisi Edukasi Bisnis, Hukum dan Politik, Daniel Christian Tarigan, SH, MM

 

Ternyata Begini Cara Bikin Gen Z Nggak Jadi Strawberry Generation

Ilustrasi Gen Z sebagai Content Creator

Photo :
  • Pinterest

 

Perkembangan teknologi dan ekonomi digital juga membuka berbagai alternatif penghasilan. Self-employed seperti driver ojek online dan content creator menjadi pilihan populer. Jumlah usaha di Indonesia juga meningkat mencapai 48 juta berdasarkan data Kementerian Koperasi.

Perusahaan-perusahaan menghadapi tantangan baru dalam merekrut Gen Z. Tingginya tingkat turnover memaksa perusahaan mengubah sistem pelatihan menjadi lebih singkat dan efisien.

"Rugi kita sebagai perusahaan kalau bikin sistem trainingnya 1 minggu atau 2 minggu. Karena setelah 2 minggu belum tentu dia lanjut," jelas Daniel Christian Tarigan.

Gen Z juga memiliki pandangan berbeda tentang komitmen jangka panjang.

Mereka tidak masalah dengan pola kerja yang tidak konstan: bekerja bulan ini, tidak bekerja bulan depan. Berbeda dengan generasi milenial yang umumnya mencari stabilitas karena sudah memiliki tanggungan keluarga.

Kesadaran akan hak-hak pekerja juga meningkat di kalangan Gen Z.

"Mereka tidak menerima apa saja yang perusahaan suruh. Dia akan menuntut haknya ketika dia bisa menuntut haknya. Itu tipikal anak-anak Gen Z karena informasi sudah menyebar," tambah Daniel Christian Tarigan.

Perusahaan perlu beradaptasi dengan membuat sistem yang kuat dan efisien. Proses rekrutmen juga membutuhkan database talent yang lebih besar, karena untuk merekrut satu karyawan mungkin membutuhkan 30-40 bahkan 100 kandidat.****