Menyikapi Karyawan Gen Z dan Budaya Kerja Modern

Karyawan Gen Z
Sumber :
  • Pinterest

VIVABandung – Para pemimpin perusahaan saat ini menghadapi tantangan baru dalam mengelola karyawan dari Generasi Z (Gen Z).

5 Fakta Mengejutkan Mengapa Gen Z Jadi Sasaran Empuk PHK

Generasi yang akrab dengan teknologi ini membawa perubahan signifikan dalam budaya kerja modern.

Mereka memiliki karakteristik dan ekspektasi berbeda yang perlu dipahami oleh para atasan.

Psikiater Ungkap Gen Z Sekarang Lebih Berani Ungkap Masalah Mental

Praktisi psikologi dan profesional HR, Muhammad Chalid, S.Psi., M.M., mengidentifikasi tiga karakteristik utama Gen Z di dunia kerja dalam sebuah podcast youtube Paramavida Indonesia.

 

5 Kesalahan Finansial Gen Z Bikin Dompet Cepat Jebol

Karyawan Gen Z

Photo :
  • Pinterest

 

Pertama, mereka sangat melek teknologi atau 'technology savvy'. Gen Z mampu menyelesaikan pekerjaan dengan bantuan teknologi digital dan dapat menemukan solusi kreatif melalui berbagai platform online.

"Generasi kekinian itu mereka teknologi savvy ya, artinya apa-apa tuh semua dengan digital itu selesai," jelas Muhammad Chalid.

Karakteristik kedua adalah cara pandang mereka yang lebih holistik atau 'helicopter view'.

Gen Z cenderung tidak terikat pada prosedur standar operasional yang kaku. Mereka lebih fokus pada hasil akhir dibandingkan proses yang harus diikuti.

Karakteristik ketiga adalah sikap mereka terhadap pengembangan karir.

Gen Z tidak tertarik dengan iming-iming promosi jangka panjang. Mereka lebih mementingkan kompensasi langsung dan nilai yang bisa mereka dapatkan saat ini.

Para pemimpin perlu mengadopsi gaya komunikasi yang lebih informal untuk mengelola Gen Z secara efektif.

Pendekatan dari hati ke hati menjadi kunci dalam membangun hubungan kerja yang produktif.

Muhammad Chalid menekankan pentingnya menciptakan suasana kerja yang nyaman namun tetap produktif.

"Kita harus melakukan pendekatan yang secara informal. Udah nggak bisa lagi kita berkomunikasi yang misalnya dimarah-marahin kalau nggak aktif," ujar Muhammad Chalid.

Perusahaan juga perlu meninjau ulang visi misi mereka agar tetap relevan dengan kondisi bisnis saat ini.

Budaya kerja hybrid yang memungkinkan fleksibilitas lokasi kerja menjadi salah satu adaptasi yang diperlukan. Work-life balance juga menjadi aspek yang semakin diprioritaskan oleh Gen Z.

Dalam hal rekrutmen, perusahaan perlu lebih fleksibel dengan persyaratan yang ditetapkan.

Tidak semua kriteria harus terpenuhi 100%. Pengalaman kerja yang bervariasi dan durasi kerja yang singkat tidak selalu menjadi indikator negatif.

"Belum tentu orang-orang yang pengalaman kerjanya 6 bulan atau 1 tahun itu gak bagus, dia kayak kutu loncat. Itu bisa bernilai positif juga," tambah Muhammad Chalid.****