Munggahan: Tradisi Sakral Masyarakat Sunda Sebelum Ramadan yang Mulai Berubah
VIVABandung – Tradisi munggahan masih rutin dilakukan oleh masyarakat Sunda menjelang bulan Ramadan. Tradisi ini memiliki makna mendalam sebagai momen silaturahmi dan permohonan maaf sebelum menjalankan ibadah puasa.
Munggahan berasal dari kata "unggah" dalam bahasa Sunda yang berarti naik atau meningkat. Makna ini melambangkan harapan peningkatan kualitas spiritual menjelang bulan suci.
Di Bandung, Jawa Barat, tradisi munggahan identik dengan makan bersama keluarga dan orang-orang terdekat. Menu yang disajikan biasanya berupa masakan tradisional Sunda.
Hidangan khas munggahan terdiri dari berbagai menu tradisional. Lauk pauk yang biasa disajikan antara lain sambal lalapan, ikan asin, oseng kangkung, tahu, dan tempe.
Namun, tradisi munggahan tidak hanya sekadar makan bersama. Menurut seorang budayawan Sunda, Taufik Faturahman dahulu terdapat rangkaian kegiatan yang lebih lengkap.
"Dulu tradisi munggahan meliputi beberapa kegiatan. Ada mandi di sungai, mengirimkan makanan ke orang tua, meminta maaf, hingga ziarah kubur yang dilakukan sehari sebelum puasa Ramadan," jelas Taufik.
Seiring perkembangan zaman, pelaksanaan tradisi munggahan mengalami perubahan. Beberapa ritual tradisional mulai jarang dilakukan, terutama di wilayah perkotaan.